Sabtu, 27 Juli 2024

Menanam Adenium, Antara Hobi dan Investasi

Berita Terkait

Tips Mendaki Gunung untuk Pemula

Tips Sehat dan Bahagia di Usia Senja

Warsito Busi (kanan) pemilik Kebun Adenium Jogjawates, bersama penghobi adenium, Budi Widayanto.
f. ILHAM DWI WANCOKO/JAWA POS

batampos – Menghasilkan uang dari hobi jelas mimpi banyak orang. Bagi yang suka tanaman hias atau istilah kerennya plant parents, bisa mencoba merawat adenium. Bunganya cantik, bodinya eksotis. Juga bisa menghasilkan cuan.

Kembang kempis bisnis dan hobi menanam adenium dirasakan Warsito Budi sejak 15 tahun lalu. Adenium sempat happening pada 2007, tahun saat dia mulai bermain adenium. Namun, tren adenium itu hanya bertahan selama tiga tahun hingga 2010. ”Tren menurun itu sudah biasa,’’ ujarnya.

Baru pada 2014, tren adenium kembali muncul. Bersamaan dengan pesatnya peningkatan penggunaan internet dan media sosial. Dengan teknologi itu, kini adenium tidak lagi bersifat musiman.

”Tidak hanya dicari saat naik pamornya. Tapi, tiap saat dari berbagai daerah, bahkan luar negeri, mencarinya,’’ jelas pemilik Kebun Adenium Jogjawates tersebut.

Dia menunjukkan banyaknya direct message (DM) dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. Mulai dari Hongkong, Jepang, sampai Brasil dan Amerika Serikat. Semua bertanya untuk bisa mendapatkan adenium yang dikembangbiakkan Warsito.

”Tapi, sekarang baru bisa mengirim di dalam negeri, dari Aceh hingga Papua.’’ keluhnya.

Perizinan untuk mengirim adenium ke luar negeri masih sulit didapatkan. Dia berharap ke depan perizinan untuk mengekspor adenium bisa lebih mudah.

”Saya pernah coba mengurus izinnya, harus ke Jakarta dulu,” tuturnya.

Adenium memiliki berbagai jenis dan varian. Kebun milik Warsito mengembangkan setidaknya dua jenis, thaisoco dan arabicum. Adenium sebenarnya hampir mirip dengan bonsai. Maka, penghobinya menyebutnya dengan bonsai kayu lunak. Kelebihannya dari bonsai, adenium memiliki bunga yang cantik.

“Bonsai berbunga,” jelasnya. Bak bonsai, penilaian adenium yang membuatnya kian berharga adalah karakter tua dan bentuknya. Semakin kulit adenium berkerak tanda tua, semakin akar dan cabangnya meliuk-liuk, nilai seni dan keindahannya makin tinggi.

”Harganya juga makin tinggi,” paparnya.

Dia menuturkan, untuk ade­nium yang dikembangbiakkannya, harga tertinggi pernah ditawar Rp 10 juta. Namun, tanaman kesayangannya itu rata-rata dilepas di harga Rp 7,5 juta. ”Hobi yang menghasilkan,” urainya.

Dia memberikan tips perawatan adenium bagi para pemula. Sebenarnya, perawatan adenium sangat mudah. Tanaman tersebut tidak perlu banyak air karena adenium merupakan tanaman gurun. Kondisi itulah yang membuatnya kerap disebut mawar gurun. Karena tanaman gurun itulah, adenium juga perlu pencaha­yaan maksimal.

”Ditanam di media porous atau tidak mengendapkan air,” ujarnya.

Bahkan, adenium tanpa perlu dirawat, sekadar disiram juga akan semakin indah. Artinya, adenium tidak membutuhkan perawatan ekstra yang menguras tenaga dan uang. Adenium sepertinya cocok untuk penghobi yang sibuk atau malah malas, ahay.

“Pengalaman saya, adenium ini didiamkan saja setahun. Begitu pindah pot semakin indah,” ujarnya.

Namun, untuk penghobi yang lebih serius, bisa menambah perawatan program akar saat adenium berusia tiga bulan hingga 10 bulan.

”Akarnya dibentuk atau ditata,” jelasnya.

Meski begitu, bukan berarti adenium tak memiliki tanda bahaya. Musuhnya adalah kutu merah dan air yang terlalu banyak. Penghobi adenium Budi Widayanto mengatakan, untuk mengantisipasi kutu merah atau spider mite, bisa dilakukan penyemprotan obat kutu dua minggu sekali atau sebulan sekali.

”Sebulan sekali sudah cukup sebenarnya,” tuturnya.

Lalu, untuk mencegah kebanyakan air, bisa digunakan media tanam porous. Namun, perlu diingat, media tanam porous perlu dicek secara berkala.

”Sebab, bisa jadi media tanam porous itu berkurang fungsinya karena faktor usia,” jelas mantan pelatih Pelatnas Tim Panahan Indonesia tersebut.

BACA JUGA: Berkebun Tanaman Pangan saat Musim Hujan, Ditambahi Pupuk & Teduhan agar Tetap Panen 

Saat media porous berkurang fungsinya, air bisa mengendap terlalu banyak. Kondisi itu bisa memicu akar adenium membusuk.

”Bahkan, akar yang membusuk ini terbilang cepat. Seminggu saja bisa busuk,” paparnya.

Dia lalu menceritakan sedikit sejarah adenium. Tanaman itu berasal dari Pulau Socotra, Yaman. Adenium merupakan tanaman endemik pulau tersebut. Yang kemudian menjadi daya tarik untuk hadiah bagi para bangsawan.

”Hanya ada di Pulau Socotra,” ujarnya.

Karena itulah, dulu raja dari Arab memberikan hadiah adenium kepada raja Thailand. Hingga kemudian, adenium terus dikembangbiakkan menjadi beragam jenis. ”Dari raja untuk raja,” ujarnya. (*)

Reporter: JP Group

Update