Jumat, 26 April 2024

Berkebun Tanaman Pangan saat Musim Hujan, Ditambahi Pupuk & Teduhan agar Tetap Panen 

Berita Terkait

Tips Merawat dan Memberi Perintah Anjing Pudel

Tips Mengatasi Anak yang Mengalami Tantrum

Tanaman tomat di Kebun Lio sempat patah karena hujan disertai angin kencang. Tak sedikit bunga dan buah tomat yang rontok. Solusinya, dipasangi penyangga dan ditanam di bawah teduhan plastik UV. f. Yosie Natalia untuk Jawa Pos

batampos – Hujan adalah situasi yang paling dihindari banyak pekebun. Bayangan tanaman busuk, rebah karena angin, dan gagal panen menghantui. Namun, hal itu bisa dicegah dengan persiapan dan langkah ekstra.

Tak semua tanaman mampu bertahan di paparan hujan berhari-hari. Pekebun Yosie Natalia menyatakan, pemilik kebun perlu memahami jenis tanaman yang dimiliki. Berdasar pengalamannya, tanaman perenial –alias tahunan– terbilang lebih adaptif daripada tanaman musiman, yang siklusnya ’’selesai’’ dalam sekali panen. Menurut dia, ada beberapa tanaman musiman yang toleran terpapar hujan seperti kangkung, bayam, mint dan sawi.

’’Tanaman perenial seperti daun katuk, chaya (pepaya Jepang), mint, dan bayam brasil malah tahan banting. Kuat di cuaca panas atau hujan,” lanjut Yosie. Dia menilai, tanaman rimpang seperti jahe dan kunyit justru tumbuh lebih subur saat hujan.

Perempuan yang aktif berbagi tips berkebun di Instagram kebunlio itu menceritakan, musim hujan tak terlepas dari penyakit dan hama. Untuk pencegahan, kata Yosie, pestisida nabati bisa diberikan 1-2 kali seminggu. Jika kebun rentan lalat buah, Yosie menilai, fruit cover juga bisa digunakan. ’’Dibungkusnya ketika buah mulai matang. Pada tomat, misalnya, ketika berubah dari hijau ke merah,’’ paparnya.

Yosie menerangkan, hujan –terutama yang disertai angin kencang– juga jadi musuh tanaman berbatang kecil. Ajir atau penyangga pun jadi barang wajib di kebun. Dia mengaku, tanaman cabai dan tomat di kebunnya sempat patah karena hujan. Saat tanaman cabainya patah, dia sempat ’’menyambungnya’’ kembali. Prosesnya mirip pembidaian di cedera patah tulang.

’’Batangnya disambung, disatuin lagi, lalu dililit plastic wrap supaya enggak kena hujan. Soalnya, rawan busuk,” lanjut pekebun yang tinggal di Salatiga itu. Namun, tak semua ’’cedera” bisa diatasi dengan disambung. Apalagi jika titik patahnya ada di dekat akar dan tak mungkin dililit.

Dia menilai, jika kondisi dan bujet memungkinkan, bagian atas kebun bisa ditutup dengan plastik dengan filter UV atau paranet. Teduhan itu bisa mengurangi dampak terpaan hujan pada bunga atau buah. Yosie menerangkan, tanaman yang tak terlalu ’’suka” air ditempatkan di sisi kebun yang berpeneduh. Termasuk tanaman tomat, yang disemai di awal musim hujan tahun lalu.

Ketika mulai menanam, banyak penghobi kebun lainnya yang sempat ragu. Sebab, tomat tergolong rewel dengan cuaca hujan.

’’Tapi, bisa survive karena ditanam di bawah teduhan plastik UV dan dipasangi ajir,’’ lanjutnya.

Yosie menjelaskan, tomat cerinya juga terbilang membandel. Hanya sedikit bunga yang rontok. Itu pun dari sisi tanaman yang tak terlindungi teduhan.

Pekebun yang menerapkan berkebun organik itu juga menyarankan pemupukan rutin. Dengan demikian, tanaman lebih tahan banting di musim hujan. Namun, pilih yang jenisnya padat –berupa butiran atau granula– supaya tidak lekas larut dan terbawa air hujan.

BACA JUGA: Manfaatkan Gedebok Pisang Jadi Media Tanam, Pilih Pohon yang Sudah Pernah Berbuah

Cermat Rawat Tanaman pada Musim Hujan
• Gali tanah pot secara berkala agar kembali gembur. Tanah yang terlalu sering terpapar cenderung lebih padat sehingga tak bisa meneruskan air dengan baik.
• Cek drainase pot. Pastikan bagian bawah pot memiliki lubang untuk meneruskan air dan tidak terhalang batu atau tanah.

• Selama musim hujan, penyiraman tak perlu terjadwal. Lakukan penyiraman jika tanah memang kering.
• Tanaman bunga baiknya terlindungi dari hujan untuk menghindari rusak atau gugur. Gunakan pelindung berupa paranet atau plastik UV.

• Saat hujan, beberapa tanaman buah sering kali muncul cracking atau pecah karena kandungan air terlalu tinggi. Hal itu bisa dicegah dengan memberikan pupuk dengan kalsium tinggi secara rutin. (*)

Reporter: JP Group

Update