Jumat, 26 April 2024

Alasan Anak Suka Berbohong dan Bagaimana Ortu Bersikap

Berita Terkait

Tips Merawat dan Memberi Perintah Anjing Pudel

Tips Mengatasi Anak yang Mengalami Tantrum

Merasa kurang mendapatkan perhatian bisa menjadi pemicu anak menampilkan perilaku berbohong. Orang tua diharapkan mampu mengenali hal tersebut dan memberikan perhatian kepada si kecil. (Ilustrasi diperagakan model Veni Sugiarto, Clairine, dan Metta – Dite Surendra/Jawa Pos)

Batampos – Jangan kesal dulu jika kita sebagai orangtua mendapatkan buah hati kita suka berbohong untuk menutupi kesalahannya. Cari tahu kenapa sang anak bersikap seperti itu.

Ada beberapa alasan anak berbohong dengan menutupi kesalahannya. Safira Putri selaku konselor anak dan remaja mengatakan, di usia anak yang masih balita, biasanya mereka ingin menggoda saja. Misalnya, makanan mommy diambil anak. Tapi, anak malah mengelak.

’’Jangan ditanggapi dengan serius seperti memukul. Ajak bercanda balik, lalu arahkan kalau sikap anak itu buruk,” ujarnya.

Selain tidak merekomendasikan untuk memukul, parents perlu membalas kebohongan anak dengan berbohong juga. Safira menyebutkan, ada anak yang ingin mendapatkan perhatian saja ketika mereka berbohong. Itu artinya, perhatian orang tua ke anak kurang. Atau, dirasa sudah optimal, orang tua perlu mengevaluasi lagi.

BACA JUGA: Tren Memiliki Hewan Peliharaan untuk Cegah Kesepian

Memberikan perhatian kepada anak itu menjadi kebutuhan primer. Di usia berapa pun, menurut Safira, perhatian orang tua sangat dinantikan anak. Salah satu tanda anak gemar berbohong karena kurang perhatian adalah suka mengarang cerita. Cek deh, Mom. Anak mommy begitu tidak? Kalau iya, segera kasih perhatian ke buah hati, ya.

Menghindari situasi yang tidak menyenangkan bisa jadi alasan anak berbohong atau mengambinghitamkan orang lain. Safira mengatakan, setelah tahu alasannya mengapa anak menghindari sebuah situasi, mommy perlu ajak anak berbicara. ’’Sampaikan, ada mama atau ayah. Adek atau kakak kenapa kok nggak mau berangkat ke tempat les? Badan juga nggak panas, tadi bilang sakit,” paparnya.

Lantas, kapan orang tua perlu waswas saat anak suka berbohong? Safira mengungkapkan, pertama, saat intensitas berbohong lebih sering. Kedua, ketika anak-anak dalam situasi berisiko atau berbahaya. Ketiga, berbohong yang bisa merusak hubungan. Baik itu hubungan antaranak dengan temannya atau sesama saudara.

Terpisah, Putri Afriana pernah memiliki pengalaman menghadapi anak yang bersikap ’’suka berbohong”. Saat itu anak pertamanya masih berusia 6 tahun. Baru masuk kelas TK B. ’’Pertama dulu, anak matahin pensil warna adiknya. Tapi, si kakak ini malah menampik bukan dia yang matahin,” ujarnya.

Putri mengatakan, dirinya tak ingin berlama-lama membuat anaknya nyaman berbohong. Setiap kali si sulung berbohong, Putri atau suaminya akan mengajak anaknya berbicara empat mata. Cara itu tidak mengenal tempat. ’’Di mal pun akan tetap diajak ngomong empat mata. Biasanya si ayahnya yang langsung gendong kakak, lalu dikasih tahu,” imbuhnya.

PARENTS MUST KNOW

1. Bagaimanapun, berbohong adalah sikap yang buruk. Orang tua perlu menjelaskan hal tersebut.

2. Kapan orang tua bisa menjelaskan kalau berbohong adalah sikap yang buruk? Usia 5–10 tahun merupakan waktu yang tepat untuk memaparkan tentang kebohongan.

3. Hindari sebutan pembohong. Labeling tersebut justru membuat anak akan merasa nyaman dengan sikap berbohong. (*)

Reporter : JP GROUP

Update