
batampos – Kuliner tradisional Indonesia, banyak yang dimasak secara dibakar. Makanan yang dibakar misalnya sate, ayam/bebek/ikan bakar, nasi bakar hingga steak.
Makanan yang dibakar memang biasanya menghasilkan tekstur dan aroma yang menggugah selera. Tetapi konsumsi berlebihan bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan.
Bagian makanan yang gosong pada makanan yang dibakar mengandung zat karsinogenik yang dapat meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Baca juga: Inspirasi Makan Siang, Resep Ayam Sere Lemo Khas Bali Wajib Dicoba
Laman YouTube Tirta PengPengPeng menjelaskan secara gamblang soal makanan yang dibakar ini.
Menurut laman ini proses pembakaran makanan dapat menghasilkan zat berbahaya yang berpotensi memicu kanker. Zat tersebut berasal dari bagian makanan yang gosong atau hangus akibat suhu tinggi.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana cara mengonsumsi makanan bakar agar tetap aman bagi kesehatan.
Meskipun tidak semua makanan yang dibakar otomatis menyebabkan kanker, kandungan senyawa karsinogenik di dalamnya patut diwaspadai.
Lantas, bagaimana sebenarnya proses terbentuknya zat berbahaya ini, dan bagaimana cara mengurangi risikonya?
Berikut penjelasannya secara lengkap.
Zat Berbahaya dalam Makanan yang Dibakar
Makanan yang dimasak dengan cara dibakar, terutama yang menghasilkan bagian gosong atau kehitaman, mengandung senyawa bernama Heterocyclic Aromatic Amines (HAA) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH).
Baca juga: 5 Cara Menikmati Matcha Agar Tidak Bosan
Kedua zat ini dikategorikan sebagai karsinogen, yaitu senyawa yang dapat memicu perkembangan sel kanker dalam tubuh.
1. Heterocyclic Aromatic Amines (HAA)
HAA terbentuk ketika daging, ayam, atau ikan dimasak pada suhu tinggi dalam waktu lama.
Proses ini menyebabkan reaksi kimia antara asam amino, kreatin, dan panas, yang kemudian menghasilkan senyawa HAA.
Jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan terus-menerus, zat ini dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker usus besar dan kanker lambung.
2. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
PAH terbentuk dari lemak atau minyak yang menetes ke bara api atau pemanggang panas, lalu menguap dan menempel pada permukaan makanan.
Senyawa ini sering ditemukan dalam makanan yang dibakar, terutama pada bagian yang berwarna hitam pekat atau gosong. PAH telah dikaitkan dengan risiko kanker paru-paru, kulit, dan kandung kemih.
Bagaimana Cara Mengurangi Risiko Kanker dari Makanan Bakar?
Meskipun makanan yang dibakar dapat berbahaya, bukan berarti Anda harus sepenuhnya menghindarinya.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko paparan zat karsinogenik:
1. Hindari Konsumsi Bagian yang Gosong
Bagian makanan yang berwarna hitam pekat atau hangus mengandung konsentrasi HAA dan PAH yang tinggi. Jika Anda tetap ingin menikmati makanan bakar, sebaiknya buang bagian gosongnya dan konsumsi bagian yang masih aman.
Baca juga: Polytron Siap Luncurkan Mobil Listrik pada 6 Mei 2025
2. Gunakan Teknik Memasak yang Lebih Sehat
Alih-alih memanggang atau membakar langsung di atas api, cobalah metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang dengan oven atau memasak dengan teknik sous-vide sebelum dibakar sebentar. Teknik ini dapat mengurangi produksi senyawa karsinogenik.
3. Rendam Daging Sebelum Dibakar
Merendam daging dalam bumbu marinasi sebelum dibakar dapat membantu mengurangi pembentukan HAA.
Bumbu yang mengandung cuka, lemon, atau rempah-rempah tertentu dapat memperlambat reaksi kimia yang menghasilkan zat berbahaya.
4. Gunakan Pemanggang yang Bersih
Sisa-sisa pembakaran yang menempel pada pemanggang dapat meningkatkan risiko terbentuknya PAH. Pastikan selalu membersihkan alat pemanggang setelah digunakan untuk menghindari kontaminasi pada makanan berikutnya.
5. Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah
Mengimbangi konsumsi makanan yang dibakar dengan sayur dan buah yang kaya antioksidan dapat membantu tubuh melawan efek buruk dari senyawa karsinogenik.
Antioksidan dalam makanan sehat ini dapat membantu mengurangi risiko kerusakan sel akibat zat berbahaya. (*)
Sumber: Jpgroup