batampos.co.id – Pasien kanker paru umumnya datang ke dokter dengan kondisi terlambat atau sudah stadium lanjut. Jika sudah terlambat, maka kondisinya semakin berat dan penyembuhan semakin sulit.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan sebanyak 80 persen pasien kanker paru datang sudah stadium lanjut, sehingga prosentase kesintasan menjadi lebih rendah. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala dan pertimbangan khusus pengobatan kanker paru.
“Maka, kami berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” katanya dalam webinar YKI bersama MSD, Jumat (26/11).
Spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, dr. Ralph Girson Ginarsa, SpPD-KHOM, menjelaskan bahwa pada kanker paru terdapat beberapa subtipe NSCLC yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan sel besar karsinoma.
Gejala pada kanker paru NSCLC maupun jenis kanker paru lainnya seringkali tidak nampak pada stadium awal, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC atau sebagai dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. Namun perlu diwaspadai jika seseorang merasa letih, lesu, dengan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, kondisi batuk yang semakin parah, dahak berdarah, suara serak, napas pendek, dengan infeksi paru yang berulang disertai demam, nyeri pada area dada, dan nafsu makan hilang.
Karena kebanyakan pasien datang dengan kanker paru pada stadium lanjut, perlu diketahui faktor risiko kanker paru. Merokok merupakan faktor risiko pertama kanker paru bersanding dengan jumlah rokok dan berapa lama kebiasaan itu dilakukan. Perokok pasif termasuk yang terkena risiko. Paparan karsinogen atau zat kimia penyebab kanker seperti radon, asbestos, residu gas batu bara, arsenik, juga merupakan faktor risiko kanker paru. Selain itu, kanker paru juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang di atas usia 40 tahun. Faktor keturunan juga merupakan faktor risiko.
Lalu bagaimana kondisi pasien kanker dalam setiap stadium?
Stadium Awal
Untuk jenis NSCLC pada stadium awal (stadium I) dimana kanker masih berada pada salah satu organ paru, terapi dilakukan dengan pembedahan dan dapat dilanjutkan dengan kemoterapi untuk mengurangi risiko kambuh. Opsi lain setelah pembedahan dapat dilakukan terapi radiasi.
Stadium II
Kelenjar getah bening yang terdapat kanker dan kanker yang ada diangkat, kemudian diikuti dengan kemoterapi, dan kemungkinan dengan imunoterapi. Opsi lainnya juga dilakukan radiasi.
Stadium IIIA
NSCLC telah berukuran lebih dari 7 cm atau telah mengena jaringan getah bening diantara dua organ paru, maka terapi dilakukan dengan radiasi, kemoterapi, dan atau pembedahan bergantung pada ukuran tumor, lokasi di paru, kesehatan pasien, serta daya tahan pasien.
Stadium IIIB
NSCLC telah menyebar ke kelenjar getah bening pada paru lainnya atau pada leher maupun struktur lainnya di dada. Kanker ini tidak dapat diangkat hanya dengan pembedahan, namun dengan kemoradiasi. Imunoterapi diberikan jika kanker dapat terkendali setelah 2 kali kemoradiasi. Pasien yang kurang sehat hanya diberikan radiasi saja atau kemoterapi saja.
Stadium IV
Kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain dan menjadi sulit untuk disembuhkan. Terapi paliatif diberikan dengan fokus pada pengurangan rasa nyeri seperti dengan terapi fotodinamik (PDT) atau terapi laser. Namun jika kondisi pasien kuat, pengobatan atau perawatan dengan pembedahan, kemoterapi, terapi target, imunoterapi, maupun radiasi. (*)
Reporter : Jpgroup