Minggu, 13 Oktober 2024

Selepas Gantung Raket, Adriyanti Firdasari Berkebun Tanaman Hias

Berita Terkait

Obat Batuk dari Bahan Alami

Tips Bantu Anak Pemalu Jadi Percaya Diri

Tips Komunikasi Elegan Mengatasi Manipulator

Adriyanti Firdasari berada di kebunnya yang penuh tanaman. Di sela-sela aktivitasnya sebagai pelatih, dia menekuni hobi bertanam. foto-f. SALMAN TOYIBI/ JAWA POS

batampos – Selepas gantung raket pada 2015, Adriyanti Firdasari belum sepenuhnya terlepas dari olahraga bulu tangkis. Saat ini dia masih aktif di PB Jaya Raya sebagai pelatih. Di tengah kesibukan mela­tih bulu tangkis, Firda menekuni hobi baru. Yakni, budi daya sekali­gus jual beli tanaman hias, Joijo Nursery.

Teras samping rumah Firda di Perumahan Villa Gunung Lestari, Tangerang Selatan, Banten, disulap menjadi kebun. Untuk keamanan tanamannya, dia melengkapi de­ngan pagar besi.
Firda punya pengalaman memilukan, yakni tanamannya dicuri maling. Waktu itu belum diberi pagar besi. Si maling nekat memanjat pagar. Mencuri tujuh pohon tanaman hiasnya. Saat kejadian, Firda sedang berada di rumah. Sementara itu, Lucky Winara, sang suami, sedang menjalani karantina mandiri di luar rumah.

Saat ditemui di kediamannya pada Kamis (2/6), Firda menceritakan perjalanannya dari seorang atlet bulu tangkis sampai mengoleksi dan menjual tanaman hias.

’’Berawal dari 2019 akhir. Waktu itu sebelum pandemi. Asalnya bukan niat untuk jualan,’’ kata peraih medali emas di SEA Games 2005 itu.

Firda menyatakan, memelihara tanaman hias benar-benar hobi baru. Selama aktif sebagai atlet, dia sama sekali tidak suka tanaman. Bahkan, ketika awal-awal berhenti sebagai atlet dan berkeluarga, dia masih tidak suka tanaman hias. Ketika Lucky menanam sejumlah tanaman di luar pagar, Firda tidak pernah ikut-ikutan.

Namun, di akhir 2019, dia mulai suka tanaman hias. Dia membeli tanaman hias secara online. Perempuan kelahiran Jakarta, 16 Desember 1986, itu juga baru tahu ternyata tanaman hias bisa diperjualbelikan secara online.

’’Awalnya, saya beli tanaman hias jenis Monstera,’’ katanya.

Ternyata, dia keterusan membeli tanaman hias. Setiap pekan selalu ada suara paket dari kurir. Isi paketnya tanaman hias. Kebiasaan Firda membeli tanaman hias sempat membuat sang suami marah. Alasannya, kalau beli terus, nanti tanamannya mati karena tidak terawat.

Beberapa bulan berikutnya, pandemi menyerang Indonesia. Kegiatan sekolah atau latihan bulu tangkis di PB Jaya Raya diliburkan. Otomatis waktu Firda lebih banyak di rumah. Saat itu juga terjadi demam tanaman hias. Harganya tinggi-tinggi. Peminatnya banyak. Firda sempat kaget mengetahui harga tanaman hias yang mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah. Firda sempat membeli Syngonium red spot tricolor satu daun seharga Rp 13 juta. Selain itu, dia membeli Monstera obliqua asal Peru yang harganya jutaan rupiah. Lalu, membeli tanaman janda bolong varigata seharga belasan juta rupiah.

“Sekarang harga tanaman terkoreksi. Tetapi, untuk jenis varigata, meski turun, turunnya cenderung stabil,” jelasnya. Saat ini Firda memiliki beberapa jenis Monstera varigata dan Philodendron varigata.

BACA JUGA: Cukup Disiram Sekali Sehari, Anggrek Merpati Bukan Jenis Tanaman yang Rewel

Layaknya orang yang baru berkecimpung di tanaman hias lainnya, Firda sempat mendapatkan sejumlah tantangan. Mulai hama hingga proses perbanyakan atau propagasi yang gagal. Di antara persoalan hama yang didapati adalah serangan bakteri dan jamur.
Tanaman hasil perbanyakan tidak langsung ditaruh di luar, tetapi disimpan dahulu di dalam sungkup sekitar dua minggu. Sampai dilihat apakah pertumbuhan akarnya sehat.

Di tengah pandemi dan permintaan tanaman hias yang tinggi, Firda bersama Lucky sempat bekerja sama dengan warga kampung di sekitar kompleks perumahan mereka. Kerja sama dengan sistem bagi hasil itu sempat berjalan lama. Dalam sehari, pernah ada order sampai 40 tanaman. Pengiriman tanamannya sampai ke Lombok, Ambon, dan Papua.

“Yang ke Papua itu lebih mahal ongkos kirimnya ketimbang tanamannya,” kata Lucky. (*)

Repoter: JP Group

Update