Kamis, 28 Maret 2024

Samarkan Bau Kompos dengan Tanam Pepaya Jantan

Berita Terkait

TANAMAN PRODUKSI: Heningtias Gahas Rukmana membawa hasil panen ke kebunnya. Salah satu kunci kebersihaslannya adalah rajin disiram dan tanpa bahan kimia. (DIPTA WAHYU/JAWA POS)

batampos – Berkebun secara organik menjadi pilihan untuk hasil panen yang lebih sehat. Pupuk kompos jadi pilihan alih-alih pestisida pabrikan. Jadilah kebun milik Heningtias Gahas Rukmana di rumahnya di kawasan Bantul tumbuh subur aneka tanaman seperti pisang, kelor, cabai, hingga aneka tanaman empon-empon.

Pupuk kompos dipilhnya karena dia bisa memnfaatkan sampah dapur dan kotoran ternak. Untuk mengurangi bau Tias, sapaan akrabnya, punya cara unik. Dia tidak menggunakan penutup atau tambahan enzim. ’’Kalau dilihat, di pojok kebun dekat kompos, ada pohon pepaya. Itu jenis pepaya jantan,’’ imbuh alumnus UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, itu. Bunga pepaya jantan, dengan ciri khas batang bunga panjang dan bunga kecil berkelompok, memiliki aroma wangi yang bisa menyamarkan bau.

Sedangkan untuk masalah serangga dan hewan renik lain, masih Tias tidak menjadi masalah yang besar. Menurutnya, keberadaan serangga dan hewan renik lain justru jadi pertanda baik. Sebab, mereka membantu penguraian. ’’Justru, kalau nggak ada itu, sampah-sampah tadi nggak akan jadi kompos,’’ tegasnya.

Setelah kompos jadi, barulah Tias menggarap kebun. Dia fokus menanam tanaman produksi. ’’Ini bisa jadi tips buat orang yang baru mulai berkebun. Kalau nanam sayur atau buah, pasti nunggu panennya. Jadi, merawatnya lebih rajin,’’ paparnya. Tanaman yang ditanam pun beragam –sayur, buah, hingga tanaman obat.

Pengalaman berkebun secara organik itu menjadi ladang dakwah dan berbagi ilmu bagi Tias. Selain masalah teknis seperti mengolah tanah dan bercocok tanam tanpa tambahan zat kimia, berkebun adalah bentuk hubungan manusia dengan alam. Lingkungan sekitar tak terdampak pemakaian pupuk buatan maupun pestisida. Orang yang mengonsumsi pun bakal merasa lebih aman karena sumber pangan tanamannya jelas.

Penggiat berkebun yang juga aktif di bidang teater itu menjelaskan, berkebun di rumah adalah ’’pangkal” 3M: mandiri pangan, mandiri ekonomi, dan mandiri spiritual. Kebutuhan dapur terpenuhi dari kebun sendiri. Hasil panen pun bisa dijual ketika sedang berlimpah.
’’Mandiri spiritualnya terwujud ketika kita berzikir atau salawat pas berkebun. Atau, paling nggak sambil nyanyi atau bersenandung,’’ cetusnya. Hati tenang, tanaman pun terawat. (*)

Reporter : Jpgroup

Update