Selasa, 23 April 2024

Fasad dengan Secondary Skin, Mengondisikan Udara di Rumah Menjadi Lebih Baik

Berita Terkait

Tips Mengatasi Anak yang Mengalami Tantrum

Peradangan Gusi Bisa Diobati di Rumah

INTERIOR Rumah Lumut Hijau. Fasad tampak tidak membosankan dengan adanya secondary skin atau second skin yang juga memberikan tekstur secara unik. foto-foto: Studio Sae

batampos – Penggunaan secondary skin dalam konstruksi bangunan cukup populer beberapa tahun belakangan. Materialnya bermacam-macam. Mulai bata roster, glass block, hingga spandek seperti yang diterapkan firma arsitektur Studio Sae dalam proyek hunian bernama Rumah Lumut Hijau.

Rumah yang dibangun di atas tanah seluas 100 meter persegi itu memiliki fasad berbentuk persegi yang terlihat seperti dua massa bangunan dijadikan satu. Rupanya hal itu dilakukan untuk mengakali kontur tanah yang tidak rata. Terdapat perbedaan level pada tanah bagian kiri dan kanan.

’’Jadi, awalnya kavelingnya tidak sebesar ini, namun kemudian ditambah. Tapi, penambahan itu membuat adanya perbedaan level,’’ kata Tomy Arief selaku design director kepada JP Group pada Kamis (16/12). Perbedaan level itu cukup signifikan, yakni sekitar 1,2 meter.

Akhirnya, dibuatlah split level secara general. Dua massa bangunan itu juga difungsikan secara berbeda. Bagian massa yang besar menaungi area utama, yakni ruang keluarga dan kamar utama. Yang lebih kecil berfungsi sebagai area servis. Fasad tampak tidak membosankan dengan adanya secondary skin atau second skin yang juga memberikan tekstur secara unik.

Dalam proyek tersebut, second skin dibuat untuk mereduksi panas dan mengondisikan udara menjadi lebih baik.

’’Karena beberapa ruangan menghadap ke sinar matahari langsung di waktu-waktu tertentu. Harapannya, second skin bisa nge-block panas tersebut,’’ kata Tomy.

Material spandek metal dipilih untuk second skin agar berbeda dengan yang lain. Dengan begitu, terlihat stand-out dan kontras dengan bangunan di sekitarnya. Selain itu, material spandek memiliki tekstur asli yang bergelombang sehingga menambah nilai estetika dan keunikan.

Tomy menjelaskan, fasad rumah dibuat dari tembok biasa. Kemudian dilapisi kerangka lagi, baru dipasangi spandek tersebut.

’’Selain sinar matahari, kalau ada hujan juga tertahan dengan spandek,’’ katanya. Spandek itu juga memungkinkan privasi pemilik rumah terjaga. Terlebih, rumah tersebut terletak sangat dekat dengan jalan raya yang cukup ramai.

BACA JUGA: Berkebun di Lahan Terbatas, Rumah Jadi Asri, Hasil Panen Bisa Langsung Diolah

Fasad depan dibuat cukup tertutup minim bukaan. Hanya ada beberapa jendela kecil yang tampak di sana. Bukaan lebih difokuskan menghadap ke samping. Dengan begitu, sirkulasi udara tetap terjaga, tapi tidak mengganggu kepentingan pribadi pemilik rumah. Spandek juga dinilai Tomy cukup durable jika pemasangannya tepat.

Warna hitam dan abu-abu diaplikasikan pada fasad spandek tersebut, sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Hal itu menciptakan kesan maskulin pada bangunan. Dua warna itu juga tampak serasi dengan struktur baja dan tangga extended metal di dalam rumah.

’’Secara look, orang suka menyebutnya industrial. Tapi, kalau saya pribadi menyebutnya naked karena mengekspos struktur apa adanya,’’ kata Tomy. (*)

Reporter: JP Group

Update