batampos – Dalam upaya mendalami karakter Dasiyah, Dian Sastrowardoyo latihan metode ‘Slow Ten’ dari Jepang.
Metode ini untuk melatih berjalan amat pelan seperti yang tergambar pada karakter Dasiyah di serial Gadis Kretek.
Dian Sastrowardoyo mengaku mengikuti sebuah latihan jalan yang bernama ‘Slow Ten,’ sebuah metode yang diadopsi dari Suzuki, Jepang.
Latihan ini dilakukan dengan berjalan sangat pelan, dimana kaki tidak boleh terlalu lurus dan harus selalu ditekuk.
Dikutip dari video wawancara di akun YouTube @BASEIndonesia pada Rabu (8/11), Dian Sastrowardoyo mengatakan bahwa Dasiyah berjalan dengan sangat lambat, ia tidak merasa terburu-buru, walaupun jika ada orang lain yang menunggunya.
“Kalau jalan tidak boleh naik turun, jadi benar-benar seperti melayang,” jelas pemenang Gadis Sampul 1996 ini saat menggambarkan gerakan yang harus dilakukan itu.
Baca juga: Dior Ganti Bella Hadid dengan Model Israel, Warga Net Serukan Boikot Dior
Dian Sastrowardoyo juga pun melakukan langkah-langkah ekstrem, seperti mengisolasi diri di rumah tanpa interaksi sosial.
“Saat melakukan latihan dan persiapan peran, saya benar-benar memberi diri saya beberapa jam sehari di rumah,” ungkapnya.
“Saya tidak berinteraksi dengan orang lain, tidak menyalakan ponsel, tidak mendengarkan musik, tidak mengikuti perkembangan dunia, bahkan tidak mengakses internet,” lanjutnya.
Selain itu, untuk memperlambat gerakannya, Dian Sastrowardoyo bahkan sementara waktu meninggalkan kegiatan olahraga seperti tenis dan berlari.
Ia lebih fokus pada meditasi dan tarian Jawa untuk mengoptimalkan penampilannya.
Dian Sastrowardoyo mengungkapkan bahwa berperan sebagai Dasiyah atau Jeng Yah dalam serial Gadis Kretek adalah hal yang baru. Kepribadian Dasiyah sangat kontras dengan sifat ekspresifnya dalam berbicara.
Baca juga: Lagu The Beatles dengan Bantuan AI, Now and Then, Puncaki Tangga Lagu di Inggris
Sehingga beberapa upaya dilakukannya termasuk belajar berjalan lambat, menari, beberapa jam internet dilakukannya untuk membiasakan dirinya dengan kebiasaan Dasiyah tanpa merasa canggung.
Karakter Dasiyah berbicara dengan pelan dan hemat kata. Ia hanya berbicara jika perlu. “Dasiyah seolah memiliki ritme hidup yang sangat berbeda dari dunia sekitarnya,” kata Dian.
Cerita serial yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ratih Kumala yang telah terbit sejak tahun 2012 ini bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri seorang perajin berbakat.
Perjalanan industri rokok kretek di Indonesia pada era 60-an juga turut digambarkan di sini.
Dalam konteks latar waktu dan budaya yang berbeda, Dian merasa bahwa kebiasaan-kebiasaan Dasiyah menjadi suatu tantangan yang cukup besar baginya. (*)
Reporter: jpgroup