Sabtu, 20 April 2024

Banyak Makanan Enak saat Buka Puasa, Simak 5 Saran Dokter

Berita Terkait

Tips Mengatasi Anak yang Mengalami Tantrum

Peradangan Gusi Bisa Diobati di Rumah

Saat puasa nanti, tantangan konsumsi gula berlebih hingga makanan lemak jenuh seperti gorengan bakal mengancam kadar kolesterol jahat. (shutterstock)

batampos – Banyak makanan enak saat akan berbuka puasa nanti bikin kita tergoda melahap semuanya sampai perut kekenyangan. Padahal kebiasaan yang meningkatkan kolesterol yakni karena konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan gula berlebih.

Saat puasa nanti, tantangan gula berlebih hingga makanan lemak jenuh seperti gorengan bakal mengancam kadar kolesterol jahat. Kolesterol jahat memengaruhi kualitas kesehatan dan memicu risiko penyakit lain seperti penyakit jantung koroner dan juga stroke.

Untuk mencegahnya, kita perlu mengadopsi pola hidup sehat. Dokter spesialis gizi klinis di RS Siloam Kebon Jeruk (28/03) dr. Sheena R. Angelia, M.Gizi, SpGK, mengakui kadang-kadang memang kita suka lengah menjaga asupan nutrisi berkualitas dan mudah khilaf ketika tersaji banyak makan enak saat berbuka di bulan puasa.

“Padahal saat berpuasa, banyak orang cenderung mengurangi aktivitas fisik karena khawatir membatalkan ibadah puasa,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (30/3).

Baca juga: Tiket Justin Bieber Habis Terjual, Ada Konser Tambahan 2 November

Menurutnya hal ini menimbulkan risiko sedentary lifestyle yaitu gaya hidup yang minim aktivitas fisik. Jika dikombinasikan dengan pola diet kurang sehat, gaya hidup semacam ini dapat berisiko. Tanpa disadari, kita suka berbuka puasa dengan makanan yang mengandung kolesterol tinggi, seperti daging berlemak, jeroan, junk food, atau makanan tinggi lemak jenuh lainnya.

“Seperti makanan atau minuman bersantan, gorengan, sebagai reward setelah berpuasa selama belasan jam. Alhasil, kadar kolesterol jahat dalam tubuh pun meningkat,” tutur dr. Sheena.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kadar kolesterol. Bagaimana caranya?

1. Pola Makan Seimbang

Cobalah pola makan gizi seimbang selama puasa yang terdiri dari karbohidrat kompleks, protein, lemak baik, dan tinggi serat.

2. Kurangi Makanan Lemak Jenuh

Kemudian, kita disarankan juga mengurangi konsumsi makanan-makanan dengan kandungan lemak jenuh yang berpotensi meningkatkan kadar kolesterol.

3. Olahraga

Wajib meningkatkan aktivitas fisik serta berolahraga selama 15-30 menit, sebanyak 3-5 kali seminggu secara rutin. Plus, hindari merokok dan pengelolaan stres juga harus diperhatikan.

4. Suplemen

Selain menerapkan gaya hidup yang lebih sehat, untuk mendapatkan hasil efektif dalam menurunkan kolesterol, disarankan mengonsumsi 2-3 gram plant stanol setiap hari. Sayangnya, untuk mendapatkan 2-3 gram plant stanol setiap hari tidaklah mudah. Sebagai gambaran, ketika mengonsumsi 161 gram kacang almond atau 120 gram kacang mete kita hanya mendapatkan 100 miligram plant stanol. Beberapa jenis sayur dan buah bahkan mengandung lebih sedikit plant stanol. Hal ini tentu menjadi lebih sulit bagi orang-orang yang tidak gemar mengonsumsi buah dan sayur.

“Sebenarnya stanol dan sterol adalah serat pangan yang terdapat dalam tumbuhan, dan berfungsi untuk menstabilkan membran, dan sebagai pembentuk zat-zat kimia pada tumbuhan. Stanol dan sterol merupakan komponen bioaktif, yang memiliki fungsi dan struktur menyerupai kolesterol, tetapi sedikit berbeda pada rangkaian biokimianya. Stanol ini tidak larut di dalam air, sehingga memerlukan proses esterifikasi dalam proses penyerapannya, itulah mengapa disebut plant stanol ester. Dengan struktur mirip kolesterol, plant stanol ester dapat membantu mengurangi penyerapan kolesterol dalam tubuh,” ungkap dr. Sheena lebih jauh.

5. Rutin Check Up

Cara terbaik menangani kemungkinan peningkatan kadar kolesterol adalah dengan medical check-up secara rutin. Sehingga ketika kadar kolesterol di dalam tubuh meningkat, kita bisa segera mendeteksi dan melakukan perubahan gaya hidup, khususnya pola makan dan aktivitas sehari-hari. Jadi, kita harus waspada karena siapapun bisa mengalami hiperkolesterolemia, meskipun awalnya tanpa gejala serius awalnya.(*)

Reporter: JP Group

Update