Jumat, 29 Maret 2024

Stok Ikan di Batam Menipis

Berita Terkait

batampos.co.id – Stok ikan di Batam makin menipis dua bulan terakhir. Akibatnya, hampir semua jenis ikan harganya melambung tinggi.

Penyebabnya karena Badan Pengusahaan (BP) Batam melarang impor ikan segar dari luar negeri ke Batam.

Sementara, nelayan Kepri tak mampu memenuhi permintaan ikan
di Batam.

Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait, mengatakan, impor ikan segar dari luar negeri memang tidak bisa (dilarang) sementara waktu. Ini sesuai ketentuan dari pemerintah pusat.

”Karena pemerintah tengah menyusun neraca komoditas, dengan
menghitung kebutuhan di dalam negeri,” kata Tuty, Jumat
(15/10/2021).

Penghitungan neraca komoditas ini penting, agar bisa menyesuaikan kebutuhan impor dengan kebutuhan di dalam negeri.

 

Tujuannya, supaya impor tidak membanjiri pasar dalam negeri yang mengancam produk lokal.

”Bukan hanya ikan, beras dan sejumlah barang komoditas
lainnya juga,” jelasnya.

Ia menjelaskan, khusus untuk ikan, setelah neraca komoditas ditetapkan, maka urusan teknisnya diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Setelah itu, kuota impornya ditentukan lewat Kementerian Perdagangan.

”Khusus untuk ikan di daerah Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, kuotanya akan turun lewat Surat Keputusan (SK) Dewan Kawasan (DK). Kalau barang lain dari SK Kepala BP Batam,” tuturnya.

Sebelumnya, salah seorang pedagang ikan di Pasar Tos 3000 Jodoh, Tamin, membeberkan, ikan langka dan menjadi mahal belakangan ini karena adanya larangan memasukkan (impor) ikan segar dari negara tetangga Malaysia.

Di antara ikan yang mulai langka dan harganya tinggi adalah ikan benggol, kembung, mata besar, dan tongkol putih.

Tamin mencontohkan ikan benggol yang biasanya hanya Rp 20-25 ribu per kilogram (kg), naik menjadi Rp 35-40 ribu per kg. Lalu, ikan tongkol putih dari Rp 30 ribu naik menjadi Rp 45-50 ribu per kg.

Begitu juga ikan kembung dari Rp 35 ribu menjadi Rp55-60 ribu per kg.

”Hampir semua jenis ikan naik, cuma paling terasa ikan yang biasanya murah seperti benggol itu naik sampai Rp40 ribu,” ujar Tamin, Kamis (14/10) lalu.

Ia mengungkapkan, ikan murah yang biasanya dijual di pasaran Batam itu selama ini berasal dari Malaysia.

Namun, saat ini keluar larangan impor membuat ikan murah susah masuk pasaran Batam, sehingga stok ikan yang ada malah
langka dan menipis.

Dikatakan Tamin, daerah Kepri memang terdiri dari 96 persen lautan.

Namun sayang, hal itu tak dimanfaatkan masyarakat setempat untuk mendapatkan hasil laut.

Sehingga selama ini, rata-rata ikan yang dijual di pasaran
Batam merupakan impor dari Malaysia dan luar daerah Kepri seperti Jawa.

”Ikan dari Batam itu sangat sedikit, karena memang sedikit sekali masyarakat yang melaut. Sehingga selama ini kebutuhan ikan murah diimpor,” ujar Tamin lagi.

Harusnya, kata Tamin, ada kerja sama yang baik dari pemerintah dengan membuka kran impor untuk ikan.

Sehingga kebutuhan masyarakat untuk mendapat ikan murah
terpenuhi.

Hal ini, tentunya juga bakal berdampak terhadap inflasi daerah Kota Batam.

”Masyarakat butuh ikan murah, dan ini yang selalu dikeluhkan
ibu-ibu setiap kali belanja. Kami pedagang tak bisa berbuat banyak, karena memang kami belinya mahal juga,” ungkap Tamin.

Sementara itu, pantauan Batam Pos di sejumlah pasar ikan di Batam, salah satunya di wilayah Batuaji, tepatnya di pasar tradisional SP Batuaji, harga hampir semua jenis ikan melambung tinggi.

”Hampir semua jenis ikan mengalami kenaikan,” ujar Eka, pedagang, kemarin.

Selain adanya larangan impor ikan, pasokan dari nelayan Kepri juga berkurang karena anomali cuaca.

”Terkadang angin kencang dan hujan deras sehingga tak banyak nelayan yang berani turun melaut,” katanya.

Eka menjelaskan, karena faktor cuaca itu, ikan yang didapat nelayan menjadi sedikit, sehingga mendorong pedagang untuk menaikkan harga ikan.

“Ikan benggol, tongkol, dan lainnya naik. Ikan kembung kecil saja kini Rp 35 ribu per kilo, yang besar lebih mahal lagi,” ujarnya.

Tak hanya ikan, udang dan cumi juga mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi. “Kalau udang (sedang) seperempat (kg) Rp 20 ribu. Jadi kalau sekilo Rp 80 ribu. Kalau yang besar lebih mahal lagi,” imbuhnya.

Eka juga menjelaskan, karena harga ikan mahal, dia juga kesulitan menjual barang dagangannya.

Pasalnya, banyak pelanggan yang menawar harga ikan lebih rendah dari harga yang ditetapkan. Dampaknya, hanya sedikit ikannya yang laku.

“Biasanya rata-rata beli sekilo, tapi karena mahal, jadinya beli seperempat saja,” jelasnya.

Keresahan yang dialami Eka ini juga dirasakan masyarakat yang berbelanja di Pasar SP Batuaji.

Darla, warga Batuaji, mengatakan, dia kesulitan mencari ikan dengan harga murah. Darla berkeliling Pasar SP untuk mencari pedagang yang bisa menjual murah.

“Sekarang ikan air tawar seperti mujair saja sudah Rp 48 ribu. Ya terpaksa dibeli daripada tak ada lauk di rumah,” kata dia.(jpg)

Update