batampos – Solois berusia 31 tahun, Raisa itu berubah. Di album keempatnya yang berjudul It’s Personal, Raisa menumpahkan pengalaman hidupnya. Padahal sebelumnya, Raisa dikenal sebagai salah seorang figur publik yang menutup rapat kehidupan pribadinya.
Album It’s Personal itu melibatkan sederet produser dalam dan luar negeri. Yakni, tim produser S/EEK yang terdiri atas Marco Steffiano, Joshua David Kunze, Jessi Mates, dan Adrian Rahmat Purwanto. Kemudian, Sam Kim, JukJae, Camden Bench, dan Erskine Hawkins. Dalam acara launching di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (17/3), istri Hamish Daud itu berbagi cerita tentang proses pembuatan album tersebut.
Baca juga:Siti Badriah dan Krisjiana Baharudin Panggil Buah Hati “Baby Fruity”
Senang banget pastinya, superlega, lepas. Karena cerita dalam It’s Personal ini lagu-lagunya tuh benar yang ada di dalam fase hidup aku. Dan itu nggak akan terulang lagi. Seperti hubungan aku dengan Zalina (putri Raisa), pemahamanku tentang cinta yang mungkin kejadiannya cuma bisa terjadi sekali dalam hidup. Rasa-rasa baru itu yang aku tuangkan di album ini.
Apa yang membuat Raisa lebih terbuka di album ini?
Karena aku merasa udah secure dan nggak ngerasa terlalu banyak lagi yang harus ditutup-tutupi. Dulu kan masih banyak insecure kalau ditanya lagi dekat sama seseorang gitu karena ngerasa itu pribadi banget. Kalau sekarang kan bentuk cinta yang aku tulis juga beda dari yang dulu. Makanya aku senang ngebahasnya terus dan semakin mencari orang-orang yang punya pemahaman seperti aku.
Apa Raisa mengalami perubahan cara berpikir setelah menikah?
Pasti, sudut pandangnya beda banget. Karena banyak banget yang sudah terjadi di dalam kehidupan. Termasuk aku nikah, punya anak, pandemi, itu semua sangat menambah kekayaan aku dalam berperasaan dan menuliskan lirik lagu. Jadi menambah rasa percaya diri untuk menyampaikan hasil karya aku.
Dari 11 lagu, mana yang paling personal buat Raisa?
Bingung banget karena semuanya. Tapi kalau disuruh milih sih, Jangan Cepat Berlalu. Sebagai ibu, aku ngerasa relate banget. Dari nulis lirik sampai rekaman tuh aku kayak nangis gitu. Kalau yang paling favorit Love & Let Go karena lagu itu sebetulnya udah ada di otakku dari lama. Itu tuh kumpulan dari referensi musik yang aku pelajarin dan dengarin. Dan, paling cepat juga bikinnya.
Mengapa memilih Cinta Sederhana sebagai single pertama?
Lagu ini terinspirasi dari bentuk cinta aku kepada anak dan keluargaku. Dan ini juga merupakan doa semoga aku terus dikelilingi orang-orang dengan bentuk cinta yang seperti ini (sederhana, Red). Karena makin ke sini, romantisme bagiku tuh sudah berubah. Kadang di Instagram kan harus menampilkan yang sempurna. Ternyata sebenarnya nggak, justru sesuatu yang sederhana yang lebih better. Dibandingkan sama istilahnya besar, tapi cuma sekali-kali doang. Liriknya juga sangat simpel. Nggak yang puitis. Memang sengaja aku bikin semendasar mungkin, pilih bahasa sederhana supaya lagunya sampai dengan baik ke telinga pendengar.
Di era digital ini, apa yang jadi pertimbangan Raisa tetap merilis album dalam bentuk fisik?
Alasannya, pertama, aku pengin pegang karyaku secara fisik. Tiga album sebelumnya kan ada juga yang dalam bentuk fisik. Kalau album keempat nggak ada, malah kayak bolong gitu. Itu alasan egoisnya sih. Hahaha. Kedua, aku ngerasa ini sebagai sesuatu yang bisa dikenang selamanya. Dan menghadirkan kenangan menyenangkan aja buat orang yang ngebeli karena ngerasa udah lama nggak pernah masukin CD atau kaset ke tape. Jadi, mereka bisa dengarin karya aku sembari senyum-senyum karena nostalgia. Buatku sesuatu yang patut dinikmati.
Gimana bentuk support Hamish?
Pasti semangatin pas rekaman. Ketika aku pulang, selalu dia yang pertama kali dengarin lagu yang barusan aku rekam. Bisa dikatakan, kami itu beda dunia banget. Jadi, aku bisa dengan panjang dan lebar nyeritain, ngupas lagu ini satu-satu. Jadi, dia kayak tempat buat ngebahas lagu. Itu nyenengin banget dan kalau aku di studio, dia nggak nanya-nanyain, ’’Kok lama sih rekamannya?’’ Menurut aku, itu penting banget karena yang begitu bisa ngerusak mood. Pas rekaman belum selesai, udah disuruh pulang. Alhamdulillah, nggak ada kayak gitu karena dia tahu banget passion aku memang nyanyi. Apalagi dua tahun belakangan ini kan aku nggak bisa manggung. Berasa ada sesuatu yang hilang karena aku nggak bisa ketemu penonton langsung. Jadi, aku nuangin semua dalam karya. Dia malah senang banget kalau aku lagi rekaman di studio gitu. Karena dia tahu aku pulang-pulang pasti segar. (*)
Reporter: JP Group