batampos – Penayangan perdana One Piece: Live Action menuai respons positif dari fans. Jumat (31/8) sore, delapan episode One Piece: Live Action akhirnya dirilis. Sebelum penayangan, Netflix telah melangsungkan skrining terbatas di beberapa negara. Termasuk Indonesia. Serial tersebut mendapat sambutan hangat.
Di laman survei Google, sebanyak 96 persen pengguna yang telah menonton memberikan ulasan apik pada proyek adaptasi komik Eiichiro Oda tersebut. Versi live action One Piece dipuji lantaran merepresentasikan cerita komik dengan apik. Susunan pemain yang kuat serta visual yang apik –sekaligus komikal– membuat serial itu juga mendapat ulasan positif dari para kritikus.
Baca Juga:Guru Besar UGM Sebut Tak Ada Hasil Outopsi Sirup Paracetamol Penyebab Gagal Ginjal Akut Anak
One Piece versi live action telah direncanakan sejak 2017. Netflix masuk sebagai investor sekaligus rekanan produksi pada 2020. Dalam wawancara dengan The New York Times, kreator Oda mengaku sempat skeptis dengan serial tersebut. Namun, pemikiran itu berubah saat dia menonton Shaolin Soccer, film komedi besutan Stephen Chow.
’’Awal ada wacana (adaptasi live action One Piece) itu, aku merasa tidak mungkin gambar manga bisa dibuat dalam kemasan live action. Tapi, saat aku menonton film (Chow), film itu seperti dunia manga yang dijadikan ’hidup,’,” ungkapnya.
Dia pun perlahan membuka diri pada ide adaptasi. Oda menilai, perkembangan teknologi perfilman yang pesat juga membuatnya yakin bahwa One Piece bisa ’’dieksekusi”. ’’Aku sadar, waktu berubah.
Ada teknologi yang membuat One Piece jadi nyata. Jadi, aku berfokus mencari partner yang tepat untuk membawa karya manga menjadi hidup,” imbuh mangaka asal Kumamoto itu. Dia juga sadar bahwa banyak versi live action manga yang gagal. Tidak terkecuali Death Note, yang juga tayang di Netflix.
Untuk mencegah hal itu, dia mengakui cukup keras dalam menggarap versi live action. Oda tidak mau karya adaptasi itu jadi penyesalan dan justru memantik respons buruk dari penggemarnya.
’’Syukurlah, Netflix setuju dan tak akan merilisnya jika aku tidak puas,” paparnya. Mangaka yang memulai karier pada 1992 itu menyatakan, dirinya memegang jabatan ’’anjing penjaga” di One Piece.
Pada awal Juni lalu, para pemain bertemu dengan sejumlah jurnalis di kantor Netflix New York. Mereka adalah Iñaki Godoy sebagai pemeran utama Monkey D. Luffy, lalu ada Emily Rudd (Nami), Mackenyu Arata (Zoro), Jacob Romero Gibson (Usopp), dan Taz Skylar sebagai Sanji.
Dikutip dari Themarysue, Godoy menggambarkan karakternya sebagai sosok yang optimistis. ”Benar-benar kerja keras memainkan karakternya, tapi..,” kata Godoy kemudian berhenti sejenak sambil menarik napas panjang. ”Saya rasa sudah melakukannya dengan baik,” lanjutnya.
Godoy menuturkan, dirinya semula tidak tahu jika audisi yang diikutinya untuk peran Luffy. Namun begitu tahu, dia langsung melihat YouTube mencari konten yang bercerita tentang Luffy. ”Saya menganalisis karakternya, memahaminya, dan kemudian mendapatkan peran itu! Terima kasih untuk YouTuber yang sudah membuat video hebat tentang Luffy karena itu membantu saya menjalani audisi. Terima kasih,” tuturnya.
Sementara itu, Mackenyu bercerita bahwa perannya tersebut membutuhkan latihan tersendiri. Kepada GamesRadar, dia menuturkan bahwa dirinya sudah biasa berakting dengan menggunakan dua pedang sekaligus. Bukan hal baru juga bagi dirinya untuk bermain di live action.
”Tapi, menggunakan tiga pedang sekaligus itu beda lagi ceritanya. Latihan yang saya dapatkan benar-benar spesifik untuk karakter Zoro dan saya harus punya kemampuan seperti dia,” kata aktor blasteran Jepang-Amerika yang sebelumnya pernah berakting untuk film live action Rurouni Kenshin dan Knights of the Zodiac itu. (*)
Reporter: jpgroup