batampos – Gangguan saraf intai usia produktif ketika malas gerak dan jarang olah raga.
Dijelaskan oleh dr. Zicky Yombana dari Mayapada Hospital, saat ini usia produktif rentan sekali terkena penyakit atau gangguan saraf. Faktornya sepele, yakni gaya hidup yang kurang bergerak.
“Saraf itu penyakit yang asalnya bukan hanya dari makanan. Tapi gaya hidup yang bikin orang-orang tanpa sadar bisa kena. Kerja berjam-jam duduk depan komputer, duduknya nggak bener, menunduk terlalu lama, itu yang bisa bikin kena,” ujar dr Zicky kepada JawaPos.com.
dr. Zicky melanjutkan, penyakit atau gangguan saraf rentan menyerang orang-orang terutama anak muda yang bekerja di depan komputer. Ditambah lagi, kebiasaan malas bergerak alias mager, malas berolah raga juga menambah risiko terkena penyakit saraf oleh usia produktif saat ini lebih tinggi.
”Karena duduk terlalu lama di meja kerja, karena nunduk, karena kebiasaan membunyikan leher, pinggang dan sebagainya, yang suka bawa tas di satu bagian tubuh saja, pemakaian high heels, tidur dengan bantal tinggi termasuk menaruh dompet di bagian belakang tanpa sadar bisa bikin kita terkena gangguan saraf,” tambah dr. Zicky.
Secara umum, sistem saraf manusia sendiri terbagi menjadi dua, yakni sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan saraf tulang belakang serta sistem saraf tepi yang terdiri dari serabut saraf yang menghubungkan berbagai organ dan sistem saraf pusat.
Baca juga: Biasakan Olahraga Ringan di Rumah, Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung
Kedua bagian besar sistem saraf ini saling bekerja bersama-sama, mengontrol semua fungsi tubuh manusia. Seperti sudah disinggung di awal, beberapa fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf ini sangat banyak. Ruwet.
Mulai dari perkembangan otak, sensasi dan persepsi, pikiran, emosi, ingatan, pergerakan, keseimbangan, koordinasi, tidur, suhu tubuh, pernapasan, hingga detak jantung semua dikontrol oleh saraf.
Meningkatnya bahaya gangguan dan penyakit saraf yang semakin tinggi juga diperparah dengan hoaks kesehatan dan mis-persepsi yang sudah terbentuk di masyarakat selama puluhan tahun. Misalnya sering merasakan kesemutan, pegal atau nyeri di bagian leher, gejala-gejala awal ini justru seringnya dikaitkan dengan masuk angin, kolesterol dan asam urat.
Hal ini jelas salah. Kemudian gejala-gejala lainnya di bagian tubuh lainnya juga kerap disalah artikan. Persepsi dan ketidaktahuan di masyarakat ini membuat penanganan awal dari gangguan saraf jadi terganggu. Baru datang ke dokter kalau sudah parah.
Paling Parah Menyebabkan Kelumpuhan
Karena kerap disepelekan, kurang bergerak dan olah raga, penyakit atau gangguan saraf yang sudah parah bisa sampai menyebabkan kelumpuhan. dr. Zicky menyebut, bukan tidak mungkin anak-anak muda di usia sekolah atau para pekerja yang masih produktif bisa lumpuh karena masalah saraf.
“Kemungkinan terburuk adalah saraf kejepit. Seperti kabel dan komputer dan otak sebagai CPU-nya. Kalau ada kabel yang kejepit kan jadi menyebabkan masalah. Kalau kabel bagus, kondisinya bagus, semuanya bagus, fungsinya akan bagus semua. Sebaliknya, kalau ada yang terjepit, tertindih dan sebagainya, fungsinya pasti terganggu,” terang dr. Zicky.
Inilah yang kemudian bisa menyebabkan kelumpuhan. Saraf terhimpit atau terjepit menyebabkan otot tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kalau sudah begini, proses penyembuhannya panjang dan memakan waktu belum lagi kerusakan saraf sangat sulit untuk bisa disembuhkan total.
Yang Harus Dilakukan?malas gerak
“Sering saya sosialisasikan, intinya jangan mager. Bergerak. Jangan duduk melulu atau rebahan melulu. Kalau bekerja di kantor, usahakan setiap beberapa saat bergerak, beri peregangan pada tubuh. Atur duduknya supaya ergonomis, tidak menunduk, tidak bertumpu pada satu bagian tubuh,” jelas dr. Zicky.
Kemudian, kenali posisi tubuh yang paling ergonomis. Kalau tidur jangan pakai bantal terlalu tinggi. Kurangi pakai heels bagi kaum hawa, kalau sehari-hari membawa tas, pakai punggung dan kaitkan tali di kedua tangan, kanan dan kiri, jangan di salah satu saja.
Kemudian yang sering diabaikan adalah olah raga. Usahakan walau sedikit untuk bergerak, olah raga. Hal ini dimaksudkan agar otot-otot di tubuh kita tidak kaku. Kemudian jangan disepelekan. Jika merasakan gejala-gejala aneh, segera bertemu dokter.
Untuk diagnosis dan deteksi dininya, di Mayapada sendiri menggunakan teknologi Elektromiografi atay EMG. Alat tersebut adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi otot, saraf, atau keduanya.
Prosedur ini bertujuan mendeteksi apakah ada kelainan pada fungsi saraf dan otot, atau gangguan pada transmisi sinyal dari saraf ke otot dan sebaliknya. Cara kerjanya seperti “test pen” pendeteksi kabel putus di bidang elektronik.
Kemudian ada metode lainnya yang lebih advance yakni MRI atau Magnetic Resonance Imaging. Bisa dikatakan, MRI adalah semacam scanner yang mampu melihat hingga ke bagian organ tubuh secara lebih dalam.
Sering kali dokter menggunakan MRI sebagai alat bantu diagnosis apabila pasien mengalami gangguan pada otak, saraf tulang belakang, jantung, jaringan lunak, atau organ lainnya. (*)
Reporter: JPGroup