Kamis, 9 Mei 2024

Film 13 Bom di Jakarta Telan Dana Setara Tiga Film

Berita Terkait

Film 13 Bom di Jakarta (instagram/@visinemaid)

batampos – Film 13 Bom di Jakarta menelan dana setara untuk pembuatan tiga film. Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini juga dinilai sebagai film paling ribet. Sang Sutradara berbagi cerita terkait project film 13 Bom di Jakarta dengan awak media dalam acara jumpa pers di bilangan Epicentrum, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (21/12).

Angga Dwimas mengatakan, film 13 Bom di Jakarta menjadi film paling ribet yang pernah dikerjakannya sepanjang berkarir sebagai seorang sutradara. Film ini memiliki banyak komponen yang tidak ada dalam film-film Angga lainnya.

“Wiro Sableng ribet, tapi action-nya fokus sama fighting, Ben & Jody ribet karena pada masa pandemi digarapnya, tapi action-nya cuma 1,3 film terakhir. Film Mencuri Raden Saleh cukup sederhana. Ini ada semuanya dan waktunya hanya 40 hari dikasih waktu sama produser,” terang Angga Dwimas Sasongko.

Baca Juga:Ortu dan Anak Baca Buku Bersama, Kimbab Family Panen Pujian

Selain itu, film 13 Bom di Jakarta juga diperkaya dengan special effect, visual effect, dan penggarapan teknis lainnya membuat film ini sampai menelan dana bernilai fantastis.

“Saya tidak dapat sebutin angka secara pasti ya, tapi normal saya bikin 3 film, ini cuma jadi satu film,” kata Angga Dwimas Sasongko.

Angga Dwimas Sasongko dalam sesi jumpa media pengumuman proyek film “Heartbreak Motel” di kawasan Cilandak Jakarta Selatan, pada Rabu (6/12). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Dalam film 13 Bom di Jakarta, ada hal yang nekat dilakukan oleh Angga. Dia memblokir jalan raya di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan untuk kepentingan proses pengambilan gambar adegan mobil terbalik dan kemudian meledak.

“Tentu kita tidak bisa memblokir jalan secara total ya karena itu urat nadi Jakarta. Tapi kita blokir selama 15 menit,” tuturnya.

Angga Dwimas Sasongko sengaja melakukan hal itu karena menyukai hal menantang. Dia tidak mau adegan kejar kejaran di jalan raya dan ujung-ujungnya hanya berakhir di tempat yang sepi saat meledak. Angga ingin memasukkan pusat kota Fatmawati dalam filmnya ketika adegan itu terjadi. (*)

Reporter: JP Group

Update