batampos – Tanaman hias mini cocok untuk boratorium. Boratorium bisa dipakai untuk memperindah ruangan. Boratorium sendiri adalah media khusus yang membahas terarium yang sejak 2019 dikembangkan oleh Kebun raya Bogor.
Bayu Irwanda Tanjung dari Kebun Raya Bogor menjelaskan Kebun Raya Bogor memiliki botarium sejak 2019. Dia mengakui, sebenarnya teknik menanam tanaman hias di dalam akuarium atau rumah kaca mini itu sudah dikenal lama. ’’Sebutan resminya terarium,’’ katanya. Botarium adalah alternatif untuk menghidupkan estetika ruangan.
Boratorium menurut Bayu tidak memerlukan tanaman yang spesifik. Hanya saja, biasanya digunakan tanaman hias yang memiliki ukuran kecil karena mudah ditata. Pertimbangan lainnya adalah tanaman hias mini dan memiliki kekhasan.
’’Biasanya, kami pakai begonia, peperomia, atau petunia,’’ jelasnya. Selain itu, ada sejumlah tanaman pakis yang cocok untuk mempercantik lanskap.
Menurut Bayu, membuat botarium atau terarium tidaklah sulit. Bahan pertama yang harus disiapkan tentu adalah akuarium, fish bowl, atau bisa juga merakit sendiri rumah kaca mini sesuai dengan selera. Di Kebun Raya Bogor, ada botarium yang panjangnya sekitar 1 meter.
Baca juga: Hasilkan Varietas Baru Anggrek dengan Teknik Penyilangan, Syaratnya Pilih Indukan yang Bagus
Tahap berikutnya adalah menyiapkan media tanam. Bayu mengungkapkan, media tanam yang digunakan adalah perpaduan dari beberapa material. ’’Lapisan paling pertama adalah pasir malang. Wujudnya butiran-butiran,’’ ujarnya. Lapisan ini sangat penting untuk drainase di dalam akuarium.
Lapisan berikutnya adalah arang. Lalu, yang paling atas adalah lumut yang sudah dikeringkan. Dua bahan ini memiliki fungsi berbeda-beda. Lapisan arang berfungsi menunjang nutrisi. Lumut kering dapat menjaga kelembapan di dalam akuarium. Jadi, kadar air bisa tetap terjaga.
’’Bahan-bahan itu tidak dicampur, tetapi disusun secara berlapis,’’ terangnya. Paling atas adalah media tanam lagi sebagai tempat hidup tanaman hiasnya.
Bayu menyampaikan, botarium memiliki keunikan sendiri. Yakni, tanaman di dalamnya bisa mengolah sumber daya yang ada.
Secara alamiah, tanaman di dalam akuarium akan mengeluarkan karbon atau CO2. Karbon tersebut diolah tanaman menjadi O2 atau oksigen. Dua zat ini sangat diperlukan tanaman untuk melakukan fotosintesis. Pada jam-jam tertentu, kaca dari botarium bagian dalam terlihat berembun. Kondisi itu alami hasil dari pengolahan kedua gas tadi.
Bayu menegaskan, terarium yang menunjukkan ekosistem basah butuh kelembapan yang tinggi, bahkan bisa dilengkapi dengan air mancur di dalamnya. Sebab, tanaman-tanaman yang dipasang juga butuh asupan air cukup banyak.
Kemudian, ada juga botarium yang cenderung kering sehingga tidak butuh asupan air terlalu banyak. Bahkan sekilas lapisan media tanam paling luar tampak kering. Berupa pasir. Botarium yang kering biasanya dipercantik dengan tanaman kantong semar untuk jenis yang kecil. Saat tumbuh, kantongnya menempel ke media tanam.
Pembuatan botarium, jelas Bayu, tidak terlalu lama. Rata-rata, dia bisa menyelesaikannya dalam waktu dua hari. ’’Kemudian, menunggu tanamannya hidup biasanya butuh waktu satu bulan,’’ ungkapnya. Ketika muncul tunas baru, bisa dipastikan tanamannya tumbuh dengan baik.
Baca juga: Seni Merawat Bonsai, Menuntut kejelian Si Pemilik
Perawatannya juga tidak terlalu sulit. Jika sudah rimbun, tinggal dipotong sedikit demi sedikit. Begitu pun jika mulai tampak ada daun atau bunga yang kering, bisa langsung dipotong.
Dia menegaskan, sama dengan akuarium, ekosistem botarium disesuaikan dengan selera masing-masing. Harga satu botarium di Kebun Raya Bogor bervariasi. Yang paling kecil dijual di kisaran Rp 500 ribu. Botarium yang lebih besar dan dilengkapi dengan tanaman kantong semar dibanderol lebih dari Rp 1 juta. (*)
Reporter: JPGroup