batampos – Nilai batik makin meningkat bersama komunitas di enam kota. Kini batik sudah menjadi industri. Begitu juga dengan pengrajinnya, mereka membatik bukan lagi dipandang sebagai pekerja seni yang hanya berusaha menjaga nilai-nilai tradisi. Ada peluang bisnis besar yang bisa lebih berkembang. Batik saat ini bukan lagi sekadar pakaian tradisional.
Pandangan itu disadari oleh Pipiet Noorastuti. Pendiri brand Nona Rara Batik itu mengoptimalkan para komunitas-komunitas batik di daerah. Para pembatik itu diangkat derajatnya dengan cara mengkomesialisasikan karya seni atas batik yang dikerjakan.
“Inti dari filosofi kami dari komunitas untuk komunitas,” ujar Pipiet Noorastuti dalam keterangan persnya kepada JawaPos.com, Selasa (3/10).
Berangkat dari prinsip itu, Pipiet Noorastuti bersama usahanya bisa memperoleh omzet miliaran rupiah dari batik. Semangatnya memberdayakan para pengrajin batik dan penjahit lokal di lingkungan terdekat. Mulai dari Solo, Jawa Tengah. Lalu, Pipiet Noorastuti menjangkau komunitas pengrajin batik di enam kota yaitu Cirebon, Pekalongan, Solo, Jogja, Tasik, dan Wonogiri. “Misi kami pelestarian dan perayaan teknik batik otentik, khususnya batik tulis dan batik cap,” sambungnya.
Baca Juga:Artis Promosikan Judi Online, Eks Penyidik KPK Sebut ‘Tidak Tahu’ Itu Alasan Klasik
“Mereka (komunitas, red) bukan hanya pelanggan dan pengrajin pada umumnya; mereka juga memahami narasi, akar, dan visi kami,” sambung Pipiet Noorastuti.
Sementara itu, CEO & Founder Hypefast Achmad Alkatiri menilai, Nona Rara Batik adalah sebuah brand yang mampu menembus segmen pasar yang lebih luas. Salah satu strateginya dengan diversifikasi ke produk pria.
Menurut, Achmad Alkatiri, Nona Rara Batik tidak hanya menyampaikan pesan tentang nilai pengrajin batik lokal dan pentingnya menjaga keaslian batik, tetapi juga berperan aktif dalam menghubungkan konsumen dengan komunitas pembatik dan penjahit lokal.
Lebih jauh dikatakan, saat ini pentingnya integrasi antara teknologi tradisi, dan inovasi untuk memajukan brand lokal. Sikap itu tanpa harus meninggalkan esensi tradisi, khususnya teknik batik tulis dan batik cap di era kontemporer. “Momentum Hari Batik tak lagi sekadar berpikir tentang meningkatkan skala bisnis, tetapi menerjemahkan aspirasi bisnis menjadi kenyataan,” tutup Achmad.(*)
Reporter: jp group