batampos – Berwisata naik perahu keranjang, para wisatawan tidak hanya sekadar diajak menikmati sensasi menyusuri sungai, ada hiburan memutar musik, tontonan nelayan berjoget, boleh juga ikut karaoke dan berjoget. Juru mudi perahu ada yang berjualan makanan.
Kota Hoi An di Provinsi Quảng Nam, Vietnam, memiliki banyak destinasi wisata. Mulai yang dari wisata alam, kota tua, wisata belanja, hingga wahana modern yang dipoles dengan teknologi tinggi.
Semuanya sama-sama memiliki daya tarik tersendiri. Untuk wisata alam yang ramah murah meriah, salah satunya Coconut Island (Pulau Kelapa). Pulau itu berada di Kota Hoi An. Jaraknya dapat ditempuh 40 menit perjalanan dari pusat Kota Da Nang.
Jika dilihat dari dekat, destinasi itu hanyalah desa yang dikemas seperti objek wisata ala desa wisata di Indonesia.
Baca Juga:Ortu Terlalu Melibatkan Diri, Buat Anak Sulit Mengambil Keputusan
Konon dulu, Coconut Island menjadi pertahanan strategis bagi tentara Vietnam saat menghadapi gempuran pesawat Amerika Serikat (AS). Dari pinggir sungai itu para tentara Vietnam menyerang balik dengan menembaki pesawat itu. “Itu kisah lama,” ungkap Chau Quang Huong Duong, 35, warga Hoi An.
Kini, masyarakat Hoi An sekitar Sungai Thu Bon menjadikan kawasan itu sebagai destinasi wisata dan sumber penghidupannya. Mulai menyediakan wahana perahu mangkok atau perahu keranjang dan menyediakan kuliner segar. Untuk kuliner hanya menjual kelapa muda, kopi kelapa alias coconut coffee, dan beragam minuman pelepas dahaga lainnya.
“Minuman yang dijual sejatinya standar. Tidak ada bedanya dengan Indonesia,” ujar Anwar Sadat, 35, salah seorang pengunjung Coconut Island dari Indonesia.
Konsep wisata yang ditawarkan di Coconut Island seperti water front city. Sungai yang membentang Sungai Thu Bon di Hoi An ini menjadi sumber penghidupan. Rumah-rumah warga menghadap ke sungai. Sungai Thu Bon menjadi ladang ekonomi. Mereka ada yang sebagai juru mudi perahu keranjang, berdagang makanan atau kuliner, dan ada juga pemandu.
Tidak hanya itu, sungai yang dijadikan wahana wisata sepanjang 2 kilometer itu menghadirkan alam yang asri. Tidak ada sampah. JawaPos.com berkesempatan menikmati suasana “berlayar” dengan perahu mangkok ini. Nelayannya membawa penumpang sepanjang 2 kilometer. Sepanjang pelayaran ada pengalaman dan sensasi unik. Tidak sedakar menyusuri sungai saja. Ada yang memutar-mutar perahunya yang bisa memacu adrenalin sang penumpang. Di sepanjang sungai hanyalah pohon kelapa. Namun, varites pohon kelapanya berbeda dengan di Indonesia. Buahnya kecil-kecil.
Di tengah-tengah pelayaran, wisatawan mendapat beberapa hiburan. Ada warga yang memutar musik. Mulai dari musik Vietnam, Korea Selatan, Tiongkok, lagu barat, bahkan lagu Indonesia juga. “Semua menyesuaikan tamu yang menggunakan jasa perahu mangkok ini,” ungkap juru mudi perahu mangkok Nguyen Anh, 45 tahun.
Selain ada yang memutar musik, selanjutnya yang berselancar dengan perahu keranjang itu dipertontokan atraksi nelayan berjoget. Atraksinya cukup menghibur. Pengunjung boleh memberi tip atau tidak. Kalau memberi tip secukupnya saja. Yaitu, VND 10 ribu.
Tidak jauh beberapa meter kemudian, juru mudi menghentikan perahunya. Mereka berhenti di satu titik karena ada yang beratraksi bernyanyi dan berjoget. Wisatawan yang menonton boleh me-request lagu. Bisa juga berjoget di atas perahu mereka. “Bisa karaoke juga dengan lagu pilihan sendiri. Tapi nanti jangan lupa tipnya, ya,” kata Nguyen Anh.
Jika penumpang perahu keranjang sudah puas, nanti juru mudi melanjutkan pelayaran ke arah pulang. Sebelum itu, jangan lupa kasih tip kepada yang berjoget dan bernyanyi tadi. Tidak usah banyak-banyak. Cukup VND 10 ribu saja.(*)
Reporter: jpgroup