Sabtu, 21 Desember 2024

Ketahui Penyebab dan Solusinya Sering Nyeri Ulu Hati

Berita Terkait

Ilustrasi sakit ulu hati (anavara.com)

batampos – Ketahui penyebab dan solusinya sering nyeri ulu hati. Seseorang yang terlambat makan seringkali merasakan gangguan nyeri ulu hati. Terkadang disertai rasa mual dan tidak nyaman. Sebetulnya, apa penyebab pasti keluhan nyeri ulu hati muncul? Apakah berbahaya jika sering kambuh?

Dalam keterangan resmi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUI dr. Mita Hafsah Saraswati, Sp.PD menjelaskan definisi dari nyeri. Yaitu pengalaman emosional dan sensasi tidak menyenangkan yang terkait dengan atau menyerupai kerusakan jaringan yang telah terjadi atau berpotensi untuk terjadinya kerusakan. Nyeri sifatnya subjektif, berbeda-beda pada tiap individu.

“Letak ulu hati itu di bagian bawah iga, di sana tidak hanya ada lambung, namun ada juga organ-organ lain di baliknya, misalnya hati, pankreas, empedu, dan saluran esofagus (saluran menuju lambung),” katanya dalam seminar baru-baru ini.

Baca juga:Rahasia untuk Tetap Kurus

Menurutnya, nyeri ulu hati tidak hanya melulu akibat kerusakan dari lambung, bisa jadi akibat penyakit lain. Misalnya radang di usus halus, radang pankreas, radang batu empedu, maag organik (ketika diperiksa ada luka pada lambung), maag fungsional (hanya rasa tidak nyaman saja), GERD, bahkan bisa diakibatkan serangan jantung.

“Masyarakat harus lebih berhati-hati, jangan menyamakan semua nyeri ulu hati dengan sakit maag. Oleh karena itu penting untuk dievaluasi oleh dokter” tegasnya.

Penyebab nyeri ulu hati dapat bervariasi tidak hanya dari lambung, bisa pula dari usus, pankreas, jantung dan lain-lain. Sehingga sebaiknya kita selalu waspada dan jangan melakukan self diagnosis, berkonsultasilah kepada dokter.

Solusi Pengobatannya

Salah satu tatalaksana yang dilakukan adalah pemeriksaan melalui endoskopi. Menurut dr. Mita endoskopi adalah prosedur pemeriksaan medis untuk melihat organ tertentu menggunakan endoskop (berupa selang elastis dengan lampu dan kamera optik di ujungnya) yang dimasukkan ke dalam tubuh. Endoskopi tidak hanya digunakan untuk mendiagnosis, tapi juga bisa sebagai alat skrining dan terapi.

Endoskopi pun jenisnya bermacam-macam, tidak hanya dimasukkan melalui mulut, ada juga jenis lainnya seperti artroskopi, bronkoskopi, histeroskopi, kolonoskopi, laparoskopi, dan ERCP. Prosedur endoskopi di antaranya pasien dibius terlebih dulu, dimasukkan alatnya, kemudian dokter bisa melihat gambarannya dimonitor.

Dokter dapat melihat bagaimana kondisi kerongkongan, lambung dan usus halus pasien. Beberapa gangguan yang bisa dideteksi diantaranya peradangan lambung, adanya benjolan, adanya erosi di kerongkongan akibat asam lambunng naik, adanya tukak/luka di lambung dan usus halus.

“Jika ditemukan gambaran benjolan, dokter biasanya akan mengambil jaringannya, karena dikhawatirkan ada keganasan/kanker,” jelasnya.

Endoskopi dilakukan apabila terdapat indikasinya, di antaranya ada gejala nyeri ulu hati yang tidak ada perbaikan dengan pengobatan. Atau disebabkan adanya tanda alarm seperti gejala terjadi pada pasien berusia >50 tahun, ada nyeri/kesulitan menelan (bukan karena sakit tenggorokan), terjadinya penurunan berat badan (bukan karena diet), adanya perdarahan saluran cerna (misalnya berupa muntah darah atau BAB hitam), muntah yang terus menerus; refluks berulang meskipun sudah diberikan terapi; anemia yang dicurigai bersumber dari saluran cerna; adanya kelainan pada pencitraan saluran cerna; atau tertelan zat korosif (terminum pembersih lantai dan pembersih pakaian).

Endoskopi juga dapat dilakukan untuk skiring selain untuk mendiagnosis, di antaranya untuk skrining kanker lambung (pada pasien dengan keganasan saluran cerna pada keluarga), skrining keganasan saluran cerna atas dengan sindrom poliposis, skrining varises esofagus pada pasien dengan sirosis, skrining keganasan pada pasien dengan riwayat tertelan korosif, serta pemeriksaan untuk menilai kerusakan saluran cerna yang kemungkinan memengaruhi terapi.

Endoskopi yang dilakukan untuk terapi di.antaranya sebagai tatalaksana lesi perdarahan saluran cerna atas, pencegahan pecah varises kerongkongan, dengan ligasi varises (mengikat), mengambil benda asing (misalnya tertelan koin), pemasangan selang makan (pada kasus tertentu jika ada benjolan pada kerongkongan dibantu dengan endoskopi untuk memasukkan selangnya), mengambil polip, pelebaran lesi penyempitan di kerongkongan, dan tatalaksana pasien pasca operasi apabila dibutuhkan.

“Masyarakat segera berkonsultasi ke dokter jika nyeri dirasakan berat, menggangu tidur, menetap hingga beberapa jam, nyeri memburuk dari waktu ke waktu, nyeri menjalar hingga ke leher dada dan bahu serta adanya tanda-tanda alarm yang telah disebutkan sebelumnya,” tutupnya. (*)

Reporter: JP group

Baca Juga

Update