Batampos- Ajaklah atau suruh lah anak anak main bola. Sebab menurut Ketua Ikatan Psikolog Klinis Wilayah DKI Jakarta Anna Surti Ariani, olahraga sepak bola memiliki banyak manfaat dalam mengembangkan motorik dan berpikir strategis.
“Mulai dari koordinasi motoriknya berkembang dan membangun kemampuan anak untuk berpikir strategis,” ujar Anna ditemui dalam acara “Lifebouy #JuaraCuciTangan” .
Anna menjelaskan dalam proses tumbuh kembang, ada dua hal penting yang dilatih ketika anak bermain sepakbola yakni kedisiplinan dan bekerjasama.
Saat bermain bola, khususnya yang mengembangkan hobi tersebut secara profesional, anak dituntut untuk selalu disiplin agar bisa meningkatkan kemampuan. Berlatih tiap hari, pantang menyerah dan tekun untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Selain itu, bermain bola pada anak juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, membaca situasi dan berpikir untuk menyelesaikan masalah serta mencari strategi.
Menurut Anna, seluruh kemampuan tersebut akan berguna di masa mendatang meski tidak menjadi pemain bola profesional.
BACA JUGA:Â Renee Zellweger: Kuliah Lagi Membuat Pikiranku Segar
“Dari situ dia bisa percaya bahwa untuk mencapai sesuatu harus ada kerjasama tim, berbagi komunikasi, kesempatan dan tugas. Kita butuh kerjasama untuk berbagai kegiatan kehidupan masyarakat dan itu bisa dikembangkan lewat sepakbola,” kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.
Lebih lanjut, psikolog klinis itu mengatakan bermain sepakbola juga dapat membuat anak belajar hal baru dari rekan sepermainannya.
Tak hanya itu, dalam sebuah permainan bola anak akan saling mengingatkan untuk tidak melakukan kesalahan. Kebiasaan tersebut secara tidak langsung dapat membantu anak untuk menyebarkan kebaikan.
“Ini yang dibilang peer to peer learning. Ini bagus banget untuk perilaku yang baik. Ketika anak-anak udah punya kebiasaan itu, mereka bisa jadi agent of change,” katanya.
Anna juga mengatakan kebiasaan baik harus diterapkan kepada anak sedini mungkin. Menurutnya, efek tersebut akan terlibat saat anak mulai beranjak dewasa.
“Segala pembentukan kebiasaan memang harus dimulai dari dini. Kalau baru diajarkan saat dewasa, efeknya tidak akan terbentuk dan apa yang diajarkan menumpuk begitu saja. (*)
reporter: antara