batampos – Untuk mendeteksi virus HPV penyebab kanker serviks, skrinning awal melalui pap smear perlu dilakukan. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. dr. Andrijono, SP.OG(K)-Onk.
Menurutnya, pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks.
“Ada tahapan-tahapan teknis dalam mendeteksi virus HPV,” katanya secara virtual dalam diskusi skrining kanker serviks dengan cobas® HPV oleh Roche, baru-baru ini.
Cara deteksi awal bisa dengan Pap Smear. Pap Smear bertujuan untuk melihat keberadaan sel-sel yang mungkin dapat berkembang menjadi kanker.
Kemudian melalui tes HPV DNA, seperti skrining pra kanker. Tujuannya untuk mengidentifikasi risiko sebelum munculnya gejala.
Lalu dengan Kolposkopi. Tujuannya menindaklanjuti tes skrining kanker serviks yang abnormal.
“Dan konfirmasi adanya kanker melalui pengambilan sel dari leher rahim untuk pemeriksaan laboratorium,” kata Prof Andrijono.
Hal ini dirasa penting untuk disosialisasikan sebab, 95 persen kanker serviks pada wanita disebabkan oleh virus HPV, yaitu virus papiloma (human papilloma virus). Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) biasa terjadi pada perempuan di usia reproduksi dan rentan pada mereka yang sudah aktif melakukan hubungan seksual.
Muncul Gejala Takut Periksa
Salah satu penyintas kanker serviks, Shanty Eka Permana, menjelaskan bahwa keputusan untuk memeriksakan diri saat gejala awal muncul tidak mudah. Sejumlah orang awam tentu tak paham dengan situasi dan gejala yang dihadapinya.
“Selain karena takut menerima hasil pemeriksaan, minimnya sumber informasi tepercaya dan mudah dipahami sebagai alasan menunda tes,” jelas Shanty.
Baca juga : Makan Pisang Bisa Redakan Kram Perut Saat Menstruasi
Oleh karena itu, kata dia, penyebaran informasi dan akses yang lebih luas terhadap kemajuan maupun inovasi deteksi dini kanker serviks menjadi harapan terbesar bagi pasien, dalam memperoleh pengalaman perawatan yang sesuai kebutuhan masing-masing.
Dalam mewujudkan akses yang lebih luas terhadap inovasi deteksi dini, perlu didukung dengan kolaborasi antarlembaga pemerintah, swasta, dan komunitas.
Kolaborasi tersebut dapat diperkuat melalui tata laksana atau panduan dalam penanggulangan kanker serviks, seperti melalui SK Menkes No. 1163/MenKes/SK/2007, yaitu terbentuknya kelompok kerja pengendalian penyakit kanker leher rahim dan payudara.
Koordinator Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Aldrin Neilwan Pancaputra mengatakan akses deteksi dini dan perawatan tentu akan menjadi prioritas bagi pemerintah. Terbentuknya kelompok kerja yang saat ini sudah berjalan membawa dapat menyosialisasikan pemahaman dasar mengenai kanker serviks.
“Kami akan terus melakukan evaluasi secara berkala terkait perkembangan teknis penyelenggaraan penanggulangan, khususnya dalam deteksi dini. Harapan kami, semakin banyak masyarakat yang dapat kami jangkau ke depannya,” tutupnya. (*)
Reporter : JPGroup