batampos – Bibit tanaman dari Eropa antara lain berasal dari Eropa seperti Belgia, Norwegia dan Belanda yang membuat tanaman hias Syngonium Red Spot Tricolor dijuluki tanaman sultan.
Bahkan pada 2019 lalu, menurut Owner Tanah Liat by Ruang Tanam Jakarta M. Dede Septiandri, harga per daun mencapai Rp15 juta. Sedangkan satu pot mencapai Rp 45 juta.
Tanaman hias ini memiliki ciri khas waarna cantik dan corak unik. Variegasi warna pink, putih, dan hijau di setiap daunnya terlihat menakjubkan.
’’Berhubung saat pandemi demand tinggi. Impor tuh nggak ada, jadi kolektor menjual dengan harga yang mahal,” ungkap Dede saat ditemui Jawa Pos kemarin (15/4).
Memasuki 2022, harganya mulai menurun. Tahun ini harganya stabil. Berkisar Rp 500 ribu. Meski demikian, bibit red spot murni dari Eropa memiliki harga yang cenderung lebih mahal. Sedangkan bibit pengembangan kultur jaringan dari Thailand berharga lebih murah.
Menurut Dede, perbedaan kentara terlihat dari warna daun syngonium red spot tricolor asal Eropa yang lebih terang dan tahan lama. Sementara itu, untuk bibit tanaman dari Thailand, warna daunnya agak pudar. Tidak secantik yang dari Eropa.
Baca juga: Melon Kajari India, Buah Impor yang Cocok dengan Suhu Panas
Bagi pencinta maupun penghobi tanaman, syngonium red spot tricolor ibarat tas branded dan moge (motor gede). Ada kelasnya. Setiap kelas juga beda kualitas. Penikmatnya pun selalu ingin memiliki yang terbaik.
Selain itu, red spot tricolor merupakan tanaman salah satu jenis syngonium yang langka. Karena itu, harganya terbilang mahal. ’’Yang murah banyak. Tapi, tanaman kan prosesnya bertumbuh ya. Kadang sudah tumbuh kurang puas, beli lagi. Yang Eropa asli itu bisa sampai Rp 1 jutaan,” jelas Dede yang kerap sharing seputar berkebun di Instagram @ruangtanamjakarta tersebut.
Keunikan syngonium red spot tricolor sesuai dengan namanya. Jenis syngonium yang memiliki tiga perpaduan warna yang apik. Yakni, pink, putih, dan warna dasar daun hijau gelap. Ketika masih berukuran kecil, daunnya berbentuk bulat. Setelah besar, berbentuk seperti bintang. Tak heran jika tanaman satu ini diminati masyarakat.
Dede mengatakan, syngonium red spot tricolor termasuk tanaman hias indoor yang menyukai tempat teduh. Tidak terpapar langsung sinar matahari. Penyiraman air dapat dilakukan secukupnya.
Selain itu, tanaman tersebut dapat tumbuh baik di tempat yang lembap. Dengan kisaran kelembapan sedang hingga tinggi bersuhu 20–25 derajat Celsius. Karena itu, tanaman tersebut harus ditaruh di tempat yang teduh dan sejuk agar warnanya bertahan.
’’Kalau terlalu lama terkena sinar matahari langsung, warna daun akan semakin pudar. Daunnya akan menguning dan kering. Lama-lama akan berwarna cokelat seperti terbakar,” ungkapnya.
Dede menyarankan, syngonium red spot tricolor sebaiknya ditanam dengan media tanam yang agak poros. Tapi, tetap menyimpan air. Tidak full tanah. Campuran antara bebatuan, mineral, dan kompos fermentasi. ’’Sebab, jika media tanam terlalu padat dan basah, akarnya bisa membusuk,” imbuh mantan chef on board Garuda Indonesia itu.
Dede juga membuat media tanam khusus syngonium red spot tricolor. Nama racikannya Metan Jablay Premium. ’’Pas untuk tanaman yang jarang dibelai,” celetuknya.
Dasar media tanam tersebut adalah aroid. Bersifat poros, tapi masih mengikat air. Di dalamnya juga sudah terdapat pupuk slow release. Dengan begitu, perawatan syngonium red spot tricolor cukup mudah. Jadi, pilihan pas untuk pemula pencinta tanaman dan masyarakat perkotaan yang sibuk. ’’Cocok sebagai tanaman adopsi pertama yang cakep dan langka,” tandasnya. (*)
Reporter: JPGroup