Oleh Prof Dr Apt MANGESTUTI AGIL MS *)
batampos – Manfaat daun sena (jati Cina) sebagai laksatif dan antidiabetes alamiah. Kalau Anda sulit buang air besar, cobalah mengonsumsi daun sena.
Ya, daun sena adalah bahan alam yang cukup dikenal di berbagai negara Timur dan Barat sebagai laksatif alias pencahar atau pelancar buang air besar. Karena khasiat itu, daun tersebut kerap dimanfaatkan untuk membantu mempercepat penurunan berat badan perempuan yang tinggal di kota besar di pulau Jawa.
Di kalangan penjual, daun sena punya nama beken ’’jati cina’’. Popularitas sena untuk kesehatan memang sudah lama diketahui. Farmakope Amerika dan Inggris juga memuat tentang sena. Dalam pengobatan tradisional India Ayurveda, sena dikenal dengan Swarnapatri dalam bahasa Sanskerta. Di India, sena digunakan sebagai blood purifier, laksatif untuk mengatasi konstipasi, serta mengobati penyakit kulit seperti skabies, eksem, dan luka.
Baca juga:Richard Kyle Cari Calon Istri Yang Apa Adanya, Gak Pakai Topeng
Khasiat sena sebagai laksatif juga tertera dalam buku Islamic Medicine (pengobatan Islam). Buku terbitan 2010 itu menguraikan bahwa Nabi Muhammad memilih daun sena sebagai laksatif. Buku tersebut memuat berbagai artikel ilmiah yang diterbitkan pada tahun 1980-an yang memberikan dukungan pemakaian sena. Salah satunya keberadaan senyawa bernama sennoside yang bekerja sebagai laksatif atau pelunak feses. Di dalam artikel itu diuraikan cara kerja senyawa tersebut. Yakni, melalui peningkatan aktivitas kelenjar dan otot polos saluran cerna. Aktivitas itu terjadi paling efektif bila daun digunakan dalam jumlah sedikit saja.
Penggunaan dalam jumlah banyak berisiko menimbulkan rasa nyeri pada otot panggul. Karena itu, daun sena tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Sebelum digunakan, daun disarankan dicuci dengan cairan alkohol. Pendidihan yang terlalu lama dalam air menyebabkan berkurangnya efek pencahar.
Yang juga menarik adalah uraian tentang peran serat kandungan daun sena yang bersifat menarik dan menahan air. Sifat itulah yang membuat feses lebih lembek dan lebih mudah dikeluarkan. Penggunaan daun sena tidak memicu kerusakan pada lambung dan usus. Jadi, tidak perlu merasa khawatir akan hal itu.
Di dalam buku tersebut juga tertulis dosis untuk laksatif, yaitu 10–15 daun tanpa batang atau ranting yang dihancurkan. Cara yang dianjurkan adalah mencampurnya dengan 2 gram buah sena dan siap diminum dengan bantuan air dalam keadaan lambung kosong. Kalau hanya sebagai pelunak feses, gunakan sepertiga atau ½ jumlah itu.
Berbagai penelitian zat kandungan sudah banyak dilakukan, antara lain oleh peneliti dari India dan Pakistan. Hasilnya memang menyebutkan terdapatnya zat kandungan sennoside A dan B yang kadarnya bisa mencapai 40–60 persen pada daun mentah. Zat itu termasuk golongan glikosida antrakinon yang terbukti bekerja sebagai pencahar. Nah, Badan Kesehatan Dunia sudah memberikan persetujuan pemakaian zat itu sebagai laksatif alamiah.
Selain itu, sena memiliki kandungan kandungan zat rhein, aloe-emodin, chrysophanol dan glikosida, flavonoid, fitosterol, hingga resin. Dalam dunia perdagangan bahan-bahan herbal, daun sena dikenal berasal dari dua tanaman. Yakni, Cassia acutifolia atau Cassia angustifolia dari suku Leguminosae. Tanaman tersebut berasal dari Arab Saudi, Mesir, dan Yaman. Tanaman yang memiliki tinggi 5–8 m itu kini banyak ditanam untuk diambil buah dan daunnya. Selain sebagai laksatif, daun dan buah kering dalam bentuk serbuk dan dididihkan dipakai untuk obat cacing, penurun panas pada tifus, kolera, laksatif, anemia, serta toksisitas akibat infeksi bakteri Escherichia coli.
Antidiabetes
Selain laksatif, ternyata sena berkhasiat sebagai antidiabetes. Khasiat itu sudah banyak diteliti, termasuk peneliti dari Pakistan. Hasilnya, aktivitas antidiabetes daun sena karena kandungan zat flavonoid bernama rutin, yang memang diketahui berkhasiat sebagai antidiabetes.
Percobaan tersebut dilakukan dengan tikus yang dibuat mengalami diabetes sehingga terjadi kerusakan sel pankreas dan menurunnya sensitivitas sel terhadap pengambilan glukose dari darah. Akibat kerusakan itu, kadar gula darah tikus tersebut naik. Pemberian ekstrak daun pada tikus diabetes itu ternyata mampu menurunkan kadar gula darah.
Khasiat antidiabetes itu terjadi berkat aktivitas sennoside A dan B. Salah satu kerjanya dengan cara mengendalikan pencernaan karbohidrat. Efek pemberian sena pada percobaan itu bahkan sama kuatnya dengan pemberian obat antidiabetes sintetis. Peneliti meyakini bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun sena ikut mendukung khasiat sebagai antidiabetes. (*)
—
TENTANG DAUN SENA
– Daun sena dinyatakan aman dikonsumsi. Namun, pemakaian dalam dosis berlebih bisa menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Termasuk gangguan fungsi liver.
– Pemakaian produk sena sebaiknya mengikuti aturan pakai yang tertera pada label kemasan. Ada produk daun dan buah dalam bentuk teh celup, kopi, dan serbuk. Ada pula yang masih berbentuk daun kering.
– Harap berhati-hati untuk penggunaan sebagai penurun berat badan yang sampai sekarang banyak terjadi. Cara ini termasuk tindakan penyalahgunaan obat.
– Tidak untuk dikonsumsi ibu hamil dan menyusui, serta anak dan bayi.
Dari berbagai sumber
—
KAMUS HERBAL
Laksatif (laxative)
Pencahar, pelancar buang air besar
Blood purifier
Bahan untuk membebaskan darah dari racun dan bakteri penyebab penyakit
*) Prof Dr Apt MANGESTUTI AGIL MS, Guru besar botani farmasi dan farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
YouTube: Kanal Kesehatan Prof Mangestuti