batampos – Di Indonesia belakangan ini, arsitektur tampak didominasi dengan bentuk kotak dan nuansa industrial. Hendro Prasetyo, arsitek Ruang Raya, mengaku bosan dengan hal itu. Dia mencoba menyampaikan “protesnya” lewat karya bernama tips JJ House mencoba keluar dari tren arsitektur yang ramai belakangan ini.
“Ketika trennya baru muncul, kesannya eklektik, didesain dengan pertimbangan dan kedalaman konsep dan tampak berusaha menerapkan nilai-nilai ketropisan. Tapi, makin ke sini, semuanya kayak seragam. Identitasnya hilang,’’ kata Hendro kepada JP Group, Rabu (23/3) lalu.
Untuk JJ House, Hendro membuat pendekatan arsitektur sesuai dengan karakter pribadi klien. Dia menilai kliennya –yang merupakan pasangan suami istri– itu memiliki kombinasi karakter tegas dan quirky yang kemudian ditransformasikan ke dalam bahasa arsitektur.
Ketegasan diaplikasikan lewat garis dan blok massa yang tegas. Kemudian sisi quirky ditampilkan lewat lengkungan-lengkungan pada rumah itu. Hendro sendiri menyebutnya sebagai elemen Arc.
’’Ketegasan dan quirky bisa bertemu meski secara tata massa kesannya solid dan masif. Lengkungan memberi kesan lembut dan lucu,’’ ucapnya.
Elemen lengkung itu diawali pada fasad. Di fasad tersebut ada dua jendela besar yang ikut melengkung. Di balik jendela itu sendiri terdapat kamar utama dan kamar anak.
’’Selain menjadi keunikan project ini, jendela lengkung itu menunjukkan kemampuan cratfsmanship di lapangan,’’ ujarnya.
Lengkungan-lengkungan itu juga terlihat pada interior. Hendro menerapkannya lewat pintu hingga furnitur. Misalnya, kabinet di kamar utama, ranjang, dan kursi di dining area.
BACA JUGA: Mengenal Konsep Rumah Berkelanjutan untuk Hunian Sehat dan Lingkungan Lebih Bersih
Selain penerapan elemen lengkung yang mencoba keluar dari tren serbakaku yang belakangan muncul, Hendro juga berusaha bermain dengan pemilihan material. Dia tidak menggunakan material bata ekspos dan semen acian sesuai tren belakangan, melainkan stucco dan teraso. Menurutnya, dua material itu cenderung jarang dipakai namun seru untuk diekspos.
Karena dikerjakan dengan tangan langsung, dua material tersebut menghasilkan bentuk yang unik. Sebab, antara satu motif dengan motif lainnya tidak ada yang sama. Begitu pula ketebalannya, tidak ada yang sama persis seperti buatan pabrik. Material stucco digunakan pada 90 persen dinding JJ House, kecuali dinding kamar mandi dan kamar anak. Sementara itu, teraso ada di lantai ruang keluarga dan kamar mandi utama.
Hendro mengatakan, dua material itu termasuk tahan lama. Untuk teraso, memang ada kemungkinan retak rambut, tapi hal itu bisa dihindari dengan pemasangan dan komposisi yang benar. ’’Kemungkinannya bisa mendekati nol. Pun kalau muncul (retak rambut, Red) bisa dianggap bahwa material itu ’hidup’,’’ pungkasnya. (*)
Reporter: JP Group