batampos – Kalau punya hobi menanam, tapi lahan terbatas, vertical garden adalah jalan keluarnya. Perawatannya pun mudah asalkan memperhatikan aspek tertentu. Misalnya, penyiraman serta komposisi tanaman agar kian ciamik.
Ingin hunian sejuk dengan nuansa alam? Vertical garden bisa menjadi solusi. Taman itu dapat diciptakan di mana pun, mulai perkantoran hingga hunian pribadi. Keterbatasan lahan tidak lagi menjadi masalah berarti selama memiliki area vertikal.
Atek Wiyono menjadi salah satu ahli pembuat taman vertikal. Pria yang berdomisili di Surabaya itu telah menekuni bidang tersebut selama puluhan tahun. Hasil karyanya telah ada di berbagai lokasi. Baik perumahan ataupun perkantoran. Dia pun berbagi tips membuat vertical garden saat Jawa Pos berkunjung Selasa (25/9) lalu.
Bagi dia, vertical garden bisa menjadi solusi untuk memiliki bangunan yang lebih asri. Terlebih, meningkatkan estetika dan eye-catching tanpa perlu perawatan yang rumit. Yang pasti, harus memperhatikan beberapa aspek seperti komposisi hingga karakter setiap tanaman. ’’Hampir semua jenis tanaman bisa dipakai,’’ kata dia.
Baca Juga:Utah Gugat TikTok atas Dampak Kecanduan Aplikasi pada Anak-anak
Namun, Atek lebih menyarankan tanaman merambat. Misalnya, yang berada di salah satu lokasi pengerjaannya. Ada pakis, sirih gading, dan berkeley. Dengan begitu, bisa menutupi area tanam dan terlihat rapat. Lalu, bagaimana dengan tanaman hias lain seperti kaktus? Atek tak terlalu merekomendasikan dan memilih tanaman yang rimbun saja. ’’Tanaman batang tunggal tidak disarankan. Pakis paling kuat di berbagai cuaca,’’ ujarnya.
Komposisi juga harus tetap diperhatikan seperti pemilihan warna, tanaman, hingga gradasi. Itu menyesuaikan preferensi dan kreativitas setiap orang. Pasalnya, perlu pengalaman, jam terbang, dan trial error hingga hasilnya memuaskan. Terkadang ada yang senang tanaman warna-warni, ada juga yang sekadar hijau-kuning. ’’Seni seperti ini perihal rasa,’’ celetuk pria 63 tahun tersebut.
Dia mengungkapkan, jasa pembuatan vertical garden dikenai biaya Rp 2 juta per meter. Meski begitu, Atek berbagi cara jika ingin membuat sendiri dengan bahan yang mudah didapat. Yakni, menyediakan galvalum, polikarbonat, karpet khusus vertical garden, rockwool, serta tanaman.
Caranya, pasang galvalum berlapis polikarbonat sebagai konstruksi di dinding. Dengan begitu, air tak merembes ke dinding saat penyiraman. Lalu, pasang karpet khusus dengan tambahan sealant di tepian. Serta, siapkan rockwool sepanjang 25 sentimeter untuk membungkus akar tanaman yang telah diberi media tanam campur. ’’Lalu, taruh di kantong-kantong karpet,’’ jelasnya.
Nanti rockwool tersebut menyatu dengan karpet sehingga mendapat kesan natural. Yang harus diperhatikan, penyiraman harus rutin dilakukan minimal tiga kali sehari. Sebab, untuk tanaman vertical garden, 75 persen sangat bergantung pada air. Jika telat penyiraman, bisa dipastikan tanaman akan layu berujung kematian.
Untuk mengatasi hal tersebut, terutama bagi yang memiliki kesibukan, Atek punya solusi. Dia menyarankan untuk memakai sistem penyiraman otomatis. Bahkan, bisa melakukan penyetelan waktu maupun interval. Meskipun memang terbilang lebih mahal, hal itu sangat praktis. ’’Durasi penyiraman otomatis umumnya 10 menit. Bergantung pada cuaca,’’ ujar pria kelahiran Kalimantan itu.
Penempatan vertical garden paling baik di lokasi yang teduh. Terkena cahaya matahari sekitar 3–4 jam. Serta, menghadap timur agar tanaman tetap kuat dan tak mudah rusak jika dibandingkan menghadap barat. Tips terakhir, beri pupuk organik cair yang dicampurkan pada saat penyiraman. ’’Penyakit umum sejenis moluska, biasanya bawaan dari tanaman. Bisa pakai pestisida jika ada gejala,’’ terangnya. (*)
Reporter: jpgroup