
batampos – Sejak mulai bekerja setelah lulus kuliah, kamu mungkin pernah bermimpi menjadi sosok perempuan sukses yang punya segalanya seperti karier, keluarga, dan hidup yang seimbang.
Tapi ketika kamu akhirnya mencapai semua itu, kenapa rasanya justru hambar? Menjadi orang tua bisa mengubah prioritas hidup secara perlahan namun mendalam.
Mungkin, saat ini kamu berada di persimpangan yang sama merasa jenuh, tapi takut untuk berhenti. Takut dicap lemah, tidak bersyukur, atau egois.
Jika kamu merasakan hal ini, bisa jadi sebenarnya kamu sudah lama tahu bahwa pekerjaanmu tak lagi sejalan dengan dirimu. Tapi kamu memilih mengabaikannya.
Dilansir dari Your Tango, berikut tiga tanda yang sering dianggap sepele, padahal jelas menunjukkan bahwa kamu sudah waktunya rehat:
1. Diam-diam Berharap Dipecat
Pernah nggak, berharap atasanmu datang bukan untuk memberi tugas, tapi untuk memecatmu?
Bukan karena takut, tapi karena kamu ingin sekali keluar tanpa harus merasa bersalah meninggalkan tim. Kamu ingin bebas tanpa harus jadi penjahat yang pergi begitu saja.
Itu bukan sekadar pikiran iseng. Itu tanda bahwa jiwamu sudah kelelahan dan sedang mencari jalan keluar yang tak menyakitkan siapa pun termasuk dirimu sendiri.
2. Tubuh Mulai Mengirimkan Sinyal
Kalau kamu mulai sering merasa sesak, sakit kepala, atau lelah berlebihan tanpa sebab medis yang jelas hati-hati. Bisa jadi itu sinyal dari tubuhmu kalau kamu terlalu stres.
Kamu mungkin pernah berharap dokter menemukan penyakit yang jelas, supaya kamu punya alasan untuk istirahat.
Tapi stres saja sudah cukup jadi alasan. Jangan tunggu tubuhmu benar-benar tumbang baru kamu sadar bahwa kesehatanmu lebih penting dari pekerjaan.
3. Kamu Tak Lagi Mengenali Dirimu
Kamu dulu punya hobi, punya waktu untuk teman, punya semangat menjalani hari. Tapi sekarang? Kamu rela melewatkan makan, menunda tidur, bahkan mengorbankan waktu dengan orang tersayang demi kerja.
Kamu begitu tenggelam dalam kesibukan sampai lupa alasan kamu bekerja keras dulu agar bisa menikmati hidup bersama orang-orang yang kamu cintai.
Setelah kamu akhirnya berhenti, kamu akan sadar betapa dirimu yang dulu hilang selama ini. Kamu mulai kembali membaca buku favorit, memasak, crafting, atau sekadar ngobrol hangat dengan teman. Kamu merasa jadi manusia lagi.
Budaya kerja sering membuatmu percaya bahwa nilai dirimu ditentukan dari seberapa keras kamu bekerja. Tapi sekarang, saat kamu mulai memperlambat langkah, kamu bisa merasakan arti hidup yang lebih tenang.
Kini, kamu punya waktu untuk menikmati masa kecil anakmu. Kamu bisa menjaga tubuhmu dengan makanan sehat dan cukup istirahat. Kamu mulai merasa damai, dan perlahan, rasa bersalah itu memudar.
Ambisi di masa lalu tetap layak kamu hormati. Tapi kamu berhak menentukan definisi sukses versimu sendiri yang tidak selalu soal jabatan, tapi soal kebahagiaan. (*)