Jumat, 29 Maret 2024

Mengais Rezeki dari Cuci Sepatu

Berita Terkait

Vindi Sugestian memberikan pengarahan kepada pegawainya mengenai cara membersihkan sepatu di Klampis Semolo, Surabaya. f. Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos

batampos – Kembalinya kegiatan di luar rumah membuat beberapa ide bisnis kembali muncul. Jasa cuci sepatu, salah satunya. Laundry alas kaki banyak dicari lagi karena aktivitas di luar rumah normal.

Pendidikan Vindi Sugestian dengan jalur usaha yang digelutinya tidak nyambung. Alumnus Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga pada 2013 itu tak menyangka kini menjadi pemilik jaringan jasa cuci sepatu di Jatim, Clean Wear.

Namun, dia mengatakan bahwa mental yang didapat saat kuliah membantunya mem­bangun usaha. Pasalnya, banyak hal yang tak terduga saat mencuci sepatu milik orang lain. Misalnya, melihat kotoran yang harus disingkirkan dari sebuah alas kaki.

’’Tapi, saya sudah dibiasakan berhadapan dengan kotoran saat menangani hewan. Bagi dokter hewan, kotoran itu merupakan bagian dari nafkah kami,’’ ujarnya saat ditemui JP Group.

Menurut perempuan 27 tahun itu, berkuliah di FKH juga membentuk mentalnya menghadapi berbagai macam konsumen. Semua pengalaman ditambah jiwa entrepreneur membuatnya bisa berkembang di dunia jasa laundry sepatu dan tas selama empat tahun.

Vindi mengungkapkan, pendorong utama dirinya menggeluti dunia usaha adalah sang suami, Hendy Satria Utama. Hendy memang senang mencoba semua peluang usaha. Dia sempat mengelola kafe di wilayah Klampis Semlowo Timur, Surabaya, dan mengajak Vindi untuk ikut mengelola usaha tersebut.

’’Selama kuliah saya juga akhirnya mencoba banyak usaha seperti jualan online. Tapi, saya mulai tertarik cuci sepatu karena saya lihat beberapa laundry sepatu yang buka di Indonesia,’’ paparnya.

Awalnya dara asal Banyuwangi itu hanya coba-coba. Dengan modal tak sampai Rp 1 juta, dia membeli produk pembersih dan beberapa sikat. Dari ilmu yang didapat dari YouTube, dia mulai berlatih membersihkan sepatunya sendiri.

Latihan itu berlanjut ke alas kaki saudara, teman sekampus, sampai kenalan suami. Setelah yakin, akhirnya pada 2018 dia membuat stan cuci sepatu di kafe yang dikelola.

’’Jadi, kami menerima sepatu, lalu dibawa pulang ke rumah dan dikerjakan di sana,’’ ungkapnya.

Awalnya, pendapatannya memang tidak pasti. Namun, ketekunannya terbayar hanya dalam hitungan bulanan. Pada bulan kedelapan, Vindy menyebut omzetnya sudah mencapai Rp 15 juta per bulan. Dengan margin yang tembus 50 persen, dia mulai menguatkan komitmen untuk menggeluti bisnis cuci sepatu. Bahkan, dia menutup kafe untuk bisa fokus ke bisnis tersebut.

Hingga tahun ini, Vindi sudah membangun lima outlet di Jawa Timur. Dua di antaranya berada di Surabaya. Sisanya, masing-masing satu stan tersebar di Sidoarjo, Jember, dan Bojonegoro. Satu cabang diakui bisa melayani 10-15 pasang sepatu untuk dicuci per hari.

’’Kalau di Surabaya, dua outlet malah biasanya melayani 60–70 pasang. Itu hanya bicara cuci sepatu, belum soal cat ulang atau perbaikan sol,’’ ucapnya.

Yang mengejutkan, bisnis Vindi bisa bertahan di tengah pandemi. Menurut dia, bisnis hanya lesu pada Maret 2020. Saat itu pemerintah baru saja menerapkan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Namun, tak lama usaha cuci sepatu justru kembali bergairah. Sebab, banyak tenaga kesehatan yang mencari layanan. Para dokter, suster, dan pegawai rumah sakit lainnya memang harus rajin membersihkan pakaian mereka agar tak terjangkit virus Covid-19.

”Kebetulan, kami waktu itu masih pertama yang menawarkan sterilisasi. Jadi, kami sama sekali tidak merasakan dampak pandemi,’’ paparnya.

BACA JUGA: 6 Rekomendasi Sepatu Sneakers Pria Original Masa Kini

Ketika ditanya tips, dia mengatakan, yang paling penting justru edukasi. Sebab, banyak masyarakat yang masih awam soal sepatunya sendiri. Alhasil, konsumen menyalahkan jasa cuci sepatu atas keadaan alas kaki setelah dicuci. Karena itu, dia mewajibkan setiap pasang sepatu yang dicuci difoto dari berbagai sisi terlebih dahulu.

Vindi pun menerangkan bagaimana kondisi dan apa saja risikonya saat harus dicuci.

’’Memang tidak mungkin semua konsumen puas. Tapi, yang sudah tahu tentang sepatu pasti bisa menerima apa yang saya katakan,’’ ujarnya. (*)

Reporter: JP Group

Update