batampos – Berdasarkan data World Instant Noodles Association (WINA), per 13 Mei 2022, jumlah konsumsi mi instan di Indonesia sebesar 13,27 miliar porsi pada 2021. Saat ini, mi instan juga sudah hadir dengan berbagai macam rasa yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
Selain kenikmatan rasa mi instan yang cukup bervariasi, proses penyajian yang mudah, praktis, serta harga ekonomis juga menjadi faktor mi instan banyak digemari di Indonesia.
Apalagi untuk orang-orang dengan segudang aktivitas yang padat, mengkonsumsi mi instan kerap menjadi pilihan ketika tidak sempat masak sendiri di rumah.
Meskipun proses penyajiannya mudah, cepat dan rasanya enak, perlu diingat bahwa konsumsi mi instan terlalu berlebihan dapat meningkatkan berbagai macam masalah kesehatan.
Baca Juga: Waspadai Risiko Pneumonia Meningkat di Usia Dewasa Hingga Lanjut Usia,
Melansir dari um-surabaya.ac.id, Tri Kurniawati, Ahli Gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut menyebutkan bahwa mi instan dianggap belum bisa menjadi makanan penuh (wholesome food).
Hal itu dikarenakan mi instan belum mencukupi kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh karena mi terbuat dari terigu dan mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, sedangkan kandungan protein, mineral, dan vitamin di dalamnya hanya sedikit.
Dalam satu bungkus mi instan sendiri mengandung tinggi kalori, lemak jenuh, rendah vitamin, rendah mineral, dan rendah serat.
Baca Juga: Game Premium Buatan Gryphline Ex Astris Dirilis pada Februari Mendatang, Berikut Spesifikasi Perangkat yang Direkomendasikan
Sedangkan kandungan kalori yang tinggi, serta konsentrasi olahan yang tinggi karbohidrat, lemak, dan natrium dalam mi instan dapat berkontribusi meningkatkan risiko penyakit metabolic.
Selain itu, Ahli Gizi UM juga menyebutkan bahwa pola konsumsi mi instan mempunyai pengaruh positif terhadap obesitas abdominal dan hiperkoles-terolemia.
Lalu ada gak sih batas aman dalam mengkonsumsi mi instan itu sendiri?
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Mitsubishi XFORCE
Menurut Tri Kurniawati, konsumsi mi instan lebih baik tidak lebih dari dua bungkus dalam satu minggu, serta tidak dijadikan kebiasaan rutin.
Apabila ingin mengkonsumsi mi instan, sebaiknya tambahan sayur dan protein seperti telur, ayam, daging, serta sumber protein lainnya.
Sementara itu, Dr. Frank B. Hu, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard lebih merekomendasikan konsumsi mi instan satu sampai dua kali saja dalam satu bulan. (*)