Minggu, 22 Desember 2024

Kembang Kol Bisa Ditanam di Daerah Panas, Tapi Ada Syaratnya

Berita Terkait

Tips dari Ahli Jika Ingin berlibur dengan Anabul

Waspada Aquaplaning saat Berkendara

Cara Ampuh Hilangkan Bau Urine Kucing dari Karpet

Kembang kol. (ALFIAN RIZAL/JAWA POS)

batampos – Kembang kol bisa ditanam di daerah panas, tapi ada syaratnya. Salah satunya adalah memili varietas bunga kol. Pilih bibit yang bisa beradaptasi di dataran rendah. Sebab selama ini yang kita tahu, tanaman tersebut dibudidayakan di tempat dingin atau dataran tinggi.

Selain itu, meski ditanam di daerah panas atau dataran rendah, tanaman bunga kol tidak harus disiram setiap hari.

Di Miniagrowisata Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya membudidayakan tanaman bunga kol cukup banyak. Tanaman itu rupanya dapat tumbuh besar, bahkan di daerah panas seperti Surabaya.

Staf Bidang Pertanian DKPP Galang Artthur Maheswa menuturkan, sebenarnya hampir semua jenis tanaman bisa ditanam di dataran tinggi maupun rendah. Bergantung varietas bibit.

Untuk bunga kol, Galang mencontohkan dua varietas benih yang paling umum ditemukan. Yakni, varietas A yang biasa tumbuh di dataran tinggi 600–700 mdpl. Kemudian, varietas B yang bisa beradaptasi di dataran rendah 0–200 mdpl. ’’Ada varietas-varietas tertentu yang berpengaruh ketika ditanam di dataran tinggi atau rendah,’’ jelas Galang.

Meski demikian, tidak ada perbedaan cara menanam maupun perawatan antara varietas A dan B. Karena ditanam di Surabaya yang cuacanya panas, DKPP menggunakan varietas khusus untuk dataran rendah.

Galang menuturkan sempat mencoba menanam benih varietas A untuk dataran tinggi. Hasilnya, waktu tumbuhnya tanaman menjadi sangat lambat dan hasil bunganya kurang maksimal. ’’Bunga kolnya jadi lebih kecil, bahkan tidak utuh dan pecah-pecah,’’ ungkapnya.

Bunga kol dibudidayakan seperti tanaman lain, yakni dengan pembenihan atau penyemaian lebih dulu. Lama penyemaian 3–4 minggu. Kemudian, benih yang sudah disemai dipindahkan ke media tanam yang lebih besar. Bisa langsung di lahan atau di pot. Galang menyebutkan, jika ingin ditanam langsung di lahan, perlu diperhatikan jarak tanam dan kegemburan tanah.

“Tanah atau lahan yang mau kita gunakan harus diolah dulu dan diberi pupuk kompos untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman di awal pertumbuhan,” kata Galang.

Lahan pun harus dibentuk menjadi gundukan. Tujuannya, memaksimalkan pertumbuhan bunga kol karena tanah berbentuk gundukan membuat pemupukan dan penyiraman bisa terkonsentrasi ke tanaman tersebut.

Penyiraman tidak harus dilakukan setiap hari. Idealnya 4–5 hari sekali. Sebab, menurut Galang, tanah yang terlalu basah juga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. ’’Tanah yang baik untuk tanaman adalah yang kadang kering, kadang basah. Kalau terlalu basah, bisa membuat akar tanaman jadi busuk,’’ jelasnya.

Jarak tanam idealnya 40 sentimeter, bergantung kondisi lahan. Hal itu perlu diperhatikan karena bila terlalu rapat, perakaran bunga kol kurang bebas berkembang. Juga untuk menghindari berlebihnya kelembapan di bagian bawah daun. ’’Kalau terlalu lembap, bisa memicu banyak hama,’’ jelasnya.

Hama yang paling merugikan bagi bunga kol adalah ulat dan belalang. Kemudian, gulma yang harus diwaspadai adalah rumput liar dan terkadang kerokot. ’’Kita harus rajin monitoring tanaman supaya tahu apakah ini kena ulat atau apa,’’ kata Galang. Selain itu, daun-daun yang sudah menguning harus segera disiangi karena tidak produktif. Terutama yang sudah menyentuh tanah. Itu dilakukan untuk menghindari penularan hama dan penyakit tanaman.

Bunga kol bisa dipanen 3–4 bulan setelah pembenihan. Satu tanaman bisa menghasilkan bunga kol dengan berat ideal 400–500 gram. Ukurannya bisa lebih kecil apabila terkena hama atau gulma. ’’Bahkan bisa tidak tumbuh apabila hama menyerang pupus atau titik tumbuh tanaman,’’ jelas Galang. Selama ini, kebun bunga kol di DKPP tidak pernah gagal panen. Hanya sempat terjadi pengurangan kualitas dan kuantitas hasil panen akibat gulma atau hama tadi. (*)

Reporter : JP Group

Baca Juga

Update