batampos – Banyak Janda dan Duda bingung memulai hidup baru pasca cerai. Setelah melalui perceraian, gagasan untuk melanjutkan hidup mungkin tampak menakutkan, membuat frustrasi, atau benar-benar mustahil.
Kita mungkin mengalami banyak emosi yang intens pasca cerai bahkan mungkin sulit untuk mengatasinya. Meskipun demikian, adalah mungkin untuk menyembuhkan dan melanjutkan hidup. Anda dapat menemukan kepuasan dan makna baru dalam hidup kita.
Saat memulai move on setelah perceraian, ingatlah bahwa tidak ada pendekatan yang ‘satu untuk semua’ dalam proses penyembuhan. Setiap orang berbeda, dan setiap orang akan pulih secara berbeda.
Oleh karena itu, ada beberapa tip universal yang patut dipertimbangkan menurut ahli psikoterapi Nicole Arzt, LMFT dalam Choosing Therapy.
Berikut sepuluh tips move on setelah perceraian:
1. Prioritaskan Perawatan Diri Anda
Pasca cerai bisa menjadi saat yang rentan, dan penting bagi kita untuk menjaga diri kita sendiri melalui masa tersebut. Perawatan diri hadir dalam berbagai bentuk, namun intinya adalah dapat menghormati kebutuhan fisik dan emosional kita.
Kita dapat fokus pada perawatan diri dengan:
Berolahraga secara teratur.
Makan makanan yang lengkap dan bergizi.
Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup.
Bersandar pada sistem pendukung yang positif.
Terlibat dalam hobi dan minat yang bermakna.
2. Fokus pada Rasa Syukur Anda
Meskipun suasana pasca cerai mungkin terasa seperti semuanya berantakan, penting untuk mengingat semua berkah yang kita miliki dalam hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa mengidentifikasi rasa syukur kita dapat sangat mempengaruhi kebahagiaan, harga diri, dan rasa kasih sayang kita secara keseluruhan terhadap orang lain.
Pikirkan tentang bagaimana kita dapat menerapkan lebih banyak rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari kita. Mulailah dengan menuliskan tiga hal terbaik yang terjadi pada kita setiap hari.
Atau, kita dapat menyetel pengatur waktu selama dua menit untuk menutup mata dan merenungkan berkat-berkat yang menghampiri kita.
3. Temukan Kembali Apa yang Membuat Anda Bahagia
Banyak orang mengorbankan sebagian (atau seluruh) identitasnya untuk menyatu dengan pasangannya. Hal ini biasanya tidak disengaja, tetapi dapat membuat orang merasa tidak berdaya di tengah perceraian.
Namun, perceraian bisa menjadi waktu yang tepat untuk penemuan diri. Kita bisa mencari apa yang membuat kita bahagia, apa yang membuat kita merasa lebih hidup, apa hal-hal yang biasa kita sukai sebelum menikah, apakah hobi atau minat yang kita tinggalkan demi pasangan kita dan banyak hal lain.
Sekaranglah waktunya untuk menghormati kegembiraan atau keinginan itu. Walaupun kita belum begitu paham apa itu, pasca cerai adalah saatnya untuk memanfaatkan lebih banyak rasa ingin tahu ke dalam dunia batin kita.
4. Pertimbangkan untuk Bergabung dengan Kelompok Suportif
Kelompok Suportif memberikan koneksi dan validasi yang bermakna bagi diri kita. Kita akan dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran sama yang telah melalui pengalaman serupa dan bahkan berjuang melawan depresi pasca-perceraian atau trauma perceraian.
Beberapa kelompok suportif biasanya memerlukan biaya, sedangkan yang lain bersifat gratis. Semua grup memiliki format unik, namun beberapa manfaat umum kelompok suportif meliputi:
Merasa tidak terlalu kesepian atau dihakimi.
Merasa lebih nyaman berbicara secara terbuka tentang pengalaman pribadi.
Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kesusahan.
Menerima umpan balik yang berguna dari rekan-rekan tentang cara mengatasi masalah pasca perceraian.
Mempelajari keterampilan dan sumber daya hidup baru.
Meningkatkan rasa positif dan pemberdayaan untuk masa depan.
Banyak orang mengobati stres yang mereka alami dengan minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, makan berlebihan, atau berbelanja secara kompulsif.
Meskipun kebiasaan-kebiasaan ini mungkin tidak mengindikasikan masalah yang serius, kebiasaan-kebiasaan ini tidak boleh menjadi satu-satunya keterampilan kita untuk mengatasi stres.
Mematikan emosi bisa berhasil untuk sementara. Namun hal tersebut tidak menghilangkan rasa sakit perceraian, malah memperpanjangnya. Selain itu, kita kemudian memiliki masalah yang harus diatasi, karena kita telah menghindari kesedihan, rasa sakit hati, atau pedihnya pengkhianatan.
Meskipun mungkin sulit untuk duduk dengan perasaan tidak nyaman, mempelajari cara menguasai keterampilan menghadapi stres adalah salah satu hadiah terbaik yang dapat kita berikan pada diri kita sendiri. Jika kita tidak yakin harus mulai dari mana, konsultasikan dengan terapis.
6. Tetapkan Batasan di Sekitar Komunikasi Kita
Perceraian memang bisa memicu perasaan kacau, komunikasi terus-menerus dengan mantan pasangan bisa memperparah stres tersebut. Itulah mengapa penting untuk memikirkan bagaimana, kapan, dan siapa yang kita pilih untuk berkomunikasi.
Tidak ada jawaban benar atau salah. Jika kita berdua memiliki anak, kita perlu menentukan parameter pengasuhan bersama (dan mungkin akan membantu jika kita menemui konselor pengasuhan bersama).
7. Hindari Perilaku Menguntit atau Stalking
Saat ini, mencari mantan di media sosial sangatlah mudah. Kebanyakan dari kita melakukannya, namun hal ini justru berbahaya dalam proses peralihan kita.
Faktanya, perilaku menguntit seringkali menghambat penyembuhan dan menyebabkan tingkat kemarahan, kesedihan, dan kesedihan yang lebih tinggi.
Saat kita mengintai mantan secara online, kita tidak akan pernah menyukai apa yang kita lihat. Jika mereka membagikan foto makan yang santai, kita mungkin akan terguncang, bagaimana mungkin mereka bisa makan di saat kita terpuruk.
Atau, jika mereka memposting kutipan filosofis yang mengisyaratkan kesedihan, kita mungkin bertanya-tanya apakah mereka memikirkan kita. Bahkan foto anak-anak kita juga mungkin membuat kita marah.
Yang terbaik bagi seseorang yang mengalami perceraian adalah menghapus, memblokir, dan menghindari. Meski terlihat menggoda, terobsesi pada dan mantan di media sosial merupakan salah satu bentuk tindakan menyakiti diri sendiri.
8. Bicaralah dengan Pantas kepada Anak Anda
Kita semua tahu bahwa perceraian dapat berdampak bahkan pada anak-anak yang paling mampu menyesuaikan diri. Cara kita berbicara dengan anak kita tentang perceraian akan berdampak besar.
Jika kita adalah orang tua, penting untuk melakukan apa yang kita bisa untuk melindungi, mengakui, dan menghormati perasaan mereka.
Sebagai pedoman umum, jangan menjelek-jelekkan mantan pasangan kita. Sekalipun anak kita mulai mengkritik perilakunya, jangan ikut-ikutan menghina.
Kita tentu tidak ingin mencontohkan amukan kekanak-kanakan seperti ini, pembicaraan tak pantas atas mantan kita akan mengirimkan pesan yang membingungkan kepada anak-anak, tidak peduli seberapa muda atau tua mereka.
Selain itu, jangan mencoba untuk mengkontekstualisasikan atau mengabaikan reaksi anak kita. Perasaan mereka nyata. Mereka mungkin merasa marah kepada kita atau pasangan kita.
Mereka mungkin merasa takut karena tidak ada orang yang mencintai mereka atau bahwa perceraian adalah kesalahan mereka.
Izinkan mereka berbicara kepada kita secara jujur dan pastikan kita mendengarkan mereka tanpa menghakimi.
Terakhir, cobalah dan pertahankan rutinitas. Stabilitas adalah hal yang terpenting bagi seorang anak. Mereka berkembang dengan struktur dan jadwal. Meskipun segalanya akan selalu berubah, cobalah bekerja sama dengan mantan pasangan kita untuk berkompromi demi kepentingannya.
9. Biarkan Diri Berkencan Saat Merasa Siap
Terkadang, kita mungkin merasa tidak bisa menang dalam hal berkencan setelah perceraian. Beberapa teman akan mendesak kita untuk kembali melakukannya segera setelah surat-surat perceraian ditandatangani. Orang lain mungkin akan terkejut saat melihat kita berkencan dengan seseorang.
Ingatlah bahwa penyembuhan luka mental tidak mengikuti garis waktu yang linier. Ini adalah hidup kita, dan kita dapat memilih aturannya.
Tidak ada jangka waktu yang tepat kapan kita siap berkencan lagi. Jika kita bertanya kepada sepuluh orang berbeda, kita akan mendapat sepuluh jawaban berbeda.
Cobalah untuk menghormati intuisi kita dan fokus pada apa yang menurut kita terbaik dalam menjalani hidup pasca perceraian.
10. Bersikap Baik pada Diri Sendiri
Meski terdengar klise, tips ini sangat penting untuk kesembuhan kita. Rasa sayang pada diri sendiri penting saat sedang mengalami perceraian.
kita harus penuh kasih sayang, sabar, dan memaafkan diri sendiri. Dengan kata lain, kita harus mendukung diri kita selama masa yang menyakitkan ini.
Kita dapat mempraktikkan kebaikan batin untuk diri sendiri dengan:
Terlibat dalam afirmasi positif beberapa kali sehari.
Memberi diri kita waktu ekstra untuk perawatan diri.
Mengurangi atau menghilangkan orang atau perilaku toxic dalam hidup kita.
Menetapkan batasan yang lebih sehat terkait waktu dan energi kita.
Menjangkau lebih banyak dukungan bila diperlukan.
Meditasi atau berdoa.
Ingatlah bahwa belas kasihan pada diri sendiri bukanlah tujuan yang pasti. Ini adalah perjalanan yang kita lakukan setiap hari. Meskipun sulit, kebaikan ini membuat pengampunan dan penyembuhan menjadi lebih mudah dilakukan.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kritik diri cenderung membuat kita lebih lemah, lebih emosional, dan kecil kemungkinannya untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Jauh lebih baik memperlakukan diri sendiri seperti seorang teman daripada musuh bebuyutan. (*)
Sumber: JP Group