batampos – Saat melakukan komunikasi dengan anak Anda, disarankan untuk memberikan pujian atau perintah secara spesifik. Hal ini untuk mengurangi kebingungan pada anak.
Sebab anak-anak perkembangan emosional dan psikologisnya belum berkembang.
Dengan kata-kata spesifik, diharapkan anak akan lebih memahami apa yang diinginkan orang tua.
Huff Post pada Senin (25/3) melansir, terdapat 6 kalimat sepele yang tampaknya sederhana, namun lebih baik dihindari ketika berbicara dengan anak-anak, yaitu:
1. Menggunakan frasa pertanyaan untuk meminta bantuan
Frasa-frasa ini sering digunakan untuk meminta bantuan atau izin dengan sopan. Namun, bagi anak-anak, hal itu bisa membingungkan karena frasa seperti itu dapat memberikan kesan pada mereka bahwa mereka memiliki pilihan untuk menolak.
Baca juga: Demi Kesehatan, Ajaklah Anak Rutin Kunjungi Dokter Gigi
Misalnya, ketika Anda meminta anak untuk membereskan mainan dengan mengatakan, “Apakah kamu bisa membereskan mainan itu?”
Dengan kalimat ini anak merasa bahwa mereka bisa menolak atau tidak mematuhi perintah tersebut. Ini bisa mengakibatkan kebingungan dan kurangnya ketaatan.
Sebagai alternatif, lebih baik menggunakan perintah langsung yang jelas dan tidak memberi ruang bagi penolakan, seperti “rapikan mainan itu, tolong” atau “Waktunya membereskan mainan sekarang.”
Dengan cara ini, anak memahami bahwa mereka diharapkan untuk melakukan tugas tersebut sebagai bagian dari rutinitas dan tidak ada pilihan untuk menolaknya.
Ini membantu memperjelas instruksi dan meningkatkan ketaatan anak tanpa menyebabkan kebingungan.
2. Frasa “aku tidak akan membantumu”
Frasa “Aku tidak akan membantumu” bisa membuat anak merasa putus asa dan enggan meminta bantuan di lain waktu.
Sebagai alternatifnya, disarankan untuk mengatakan “Coba dulu, jika tidak berhasil kita bisa melakukannya bersama.” Ini menunjukkan bahwa Anda mempercayai kemampuan anak tetapi tetap siap memberikan dukungan jika diperlukan.
Baca juga: Fokus Saat Bersama Anak, Selaras dengan Konsep Mindful Parenting
3. Frasa pujian seperti “bagus sekali”
Frasa “Bagus sekali!” sering digunakan untuk memberi pujian kepada anak-anak. Namun, pujian yang terlalu umum seperti ini tidak memberikan wawasan yang cukup kepada anak tentang apa yang mereka lakukan dengan baik.
Sebagai gantinya, disarankan untuk memberikan pujian yang lebih spesifik agar anak tahu perilaku mana yang dihargai dan perlu diulang di masa depan.
Misalnya, alih-alih hanya mengatakan “Bagus sekali!” Anda bisa mengatakan sesuatu seperti, “Saya melihat kamu merapikan mainan dan meletakkannya di tempatnya, itu sangat membantu!” dengan cara ini, anak akan lebih memahami apa yang telah mereka
lakukan dengan baik dan akan merasa dihargai atas usaha mereka.
4. Frasa untuk menenangkan anak saat anak rewel misalnya “tenanglah” atau “diamlah”
Instruksi “Tenanglah” seringkali diucapkan kepada anak yang sedang berteriak atau dalam keadaan emosional.
Namun, frasa ini tidak efektif untuk diucapkan karena tidak ada yang langsung tenang hanya karena diminta demikian.
Sebaliknya, memberikan pelukan, melatih anak mengambil napas dalam, atau mengalihkan perhatian bisa lebih membantu anak untuk merasa tenang dan mengatasi perasaan mereka.
Keberadaan Anda yang tenang juga bisa menjadi dukungan yang penting bagi mereka.
5. Kalimat “loh kok tidak bilang dari tadi”
Kalimat seperti itu menunjukkan ketidakpuasan atau kekecewaan karena informasi tersebut tidak disampaikan lebih awal oleh sang anak.
Namun, menyatakan hal ini kepada anak dapat membuat mereka merasa bersalah atau takut untuk berbagi informasi di masa depan.
Baca juga: Pakar Pendidikan Ingatkan Pentingnya Anak Bermain
Sebagai gantinya, menyampaikan rasa terima kasih atas keberanian anak dalam berbicara serta menekankan bahwa Anda siap mendengarkan adalah pendekatan yang lebih baik untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka bagi komunikasi.
6. Frasa menghentikan sesuatu yang dilakukan pada anak seperti “berhenti” atau “hentikan itu”
Frasa “hentikan itu” sering digunakan untuk menghentikan perilaku anak yang tidak diinginkan.
Namun, dalam konteks ini, disarankan untuk menggunakan perintah yang lebih positif dan spesifik daripada hanya sekadar mengatakan “berhenti.”
Hal ini membantu anak memahami apa yang seharusnya dilakukan daripada apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Misalnya, mengatakan “Jangan kemana-mana, tetaplah berjalan di sampingku” dimana ini
memberikan arahan yang jelas kepada anak tentang tindakan yang diharapkan daripada sekadar melarang sesuatu.
Pendekatan ini dapat membantu menjaga suasana positif dan memperjelas harapan kepada anak. (*)
Sumber: Jpgroup