batampos – Gastroskopi dan kolonoskopi ampuh mendeteksi penyakit saluran cerna. Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan memasukkan alat berupa selang tipis dan panjang yang dilengkapi kamera ke dalam tubuh melalui mulut untuk melihat saluran cerna bagian atas, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung hingga usus halus.
Sedangkan kolonoskopi bertujuan untuk melihat saluran cerna bagian bawah yakni usus besar dan rektum (ujung usus besar dan berakhir di saluran pendek yang menuju anus) dengan memasukan alat melalui rektum.
Rasa sakit atau keluhan terhadap saluran cerna seringkali terjadi, padahal kesehatan saluran pencernaan dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Baca Juga:30 Fakta Psikologi Tentang Laki-Laki
Gangguan atau penyakit pencernaan sangat bermacam-macam, meliputi diare, refluks gastroesofagus atau GERD, Esofagitis, pectic ulcer/tukak lambung, infeksi usus, hingga keganasan seperti kanker lambung, kanker pankreas, kanker hati dan kanker usus besar.
Seluruh penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan dapat diketahui sesegera mungkin melalui proses skrining dan diagnosis meliputi pemeriksaan fisik, tes darah samar pada feses, serta endoskopi. Endoskopi untuk saluran pencernaan terbagi menjadi dua,yakni gastroskopi dan kolonoskopi.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Mayapada Hospital Surabaya, dr. Dewanto Tedjopranoto, Sp.PD menjelaskan, “Kita perlu waspada ketika merasakan keluhan dan tidak nyaman terhadap pencernaan kita. Dalam kasus gangguan seperti maag berulang, muntah yang tidak kunjung selesai, muntah atau BAB berdarah, atau jika terasa benjolan di ulu hati, merupakan indikasi dan tanda yang kuat untuk segera melakukan pemeriksaan endoskopi. Kita juga tidak perlu khawatir untuk menjalani gastroskopi maupun kolonoskopi karena di Indonesia, pemeriksaan ini sudah umum dilakukan oleh para dokter hebat di Indonesia spesialis penyakit dalam.”
Di Indonesia, prevalensi penyakit saluran cerna seperti GERD sudah mencapai 27,4%. Selain itu, dilansir dari jurnal ahli epidemologi yang diterbitkan nature communications, 35% orang yang pernah menderita Covid-19 memiliki peningkatan risiko terkena GERD. Data dari Global Cancer Observatory juga menunjukkan bahwa di Indonesia, kanker usus besar (kolorektal) menempati peringkat ke- 4 untuk kasus kanker baru terbanyak dan diikuti oleh kasus kanker hati yang menempati peringkat ke-5.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatology Mayapada Hospital Surabaya, dr. Budi Widodo, SpPD, K-GEH mengungkapkan, “Seringkali kanker kolorektal tidak memunculkan gejala, sehingga deteksi dini kanker kolorektal melalui kolonoskopi menjadi langkah yang sangat penting untuk dilakukan secara berkala, terutama bagi yang berusia di atas 45 tahun. Umumnya, kolonoskopi dilakukan sebagai tes skrining terhadap polip sebelum gejala muncul dan penentuan diagnosis terhadap kanker kolorektal sehingga penyakit akan dapat ditangani dengan lebih cepat.”
Indonesia telah memiliki banyak dokter spesialis yang andal dalam menangani kasus saluran cerna. Gastroskopi dan kolonoskopi juga sudah umum dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia dengan kelengkapan dan kecanggihan fasilitas penunjang pemeriksaan yang dimiliki.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dapat mempercayakan pemeriksaan endoskopi, baik gastroskopi maupun kolonoskopi di Indonesia tanpa harus jauh-jauh ke luar negeri. Bagi masyarakat yang berada di wilayah Jawa Timur bahkan Indonesia bagian timur dapat melakukan pemeriksaan endoskopi bersama tim dokter multispesialis dengan alat endoskopi mutakhir yang ada di layanan Gastrohepatology Center Mayapada Hospital Surabaya. (*)
Reporter: jpgroup