batampos – Media tanam hidroton bisa dipakai berulang. Hidroton juga terbukti
lebih mudah menyerap nutrisi dibandingkan tanah biasa.
Hidroton memiliki bentuk bulat seukuran kacang hingga kelereng dengan warna
khas kecokelatan.
Secara teori, bulatan tersebut memiliki pori-pori yang bisa menyerap air guna
menjaga ketersediaan nutrisi. Dengan bentuk yang bulat tidak bersudut, media
tanam itu mampu mengurangi risiko merusak akar. Ruang antar bulatan-bulatan
juga memberikan oksigen yang cukup untuk akar.
Hal ini diungkapkan pehobi tanaman Danar Guntoro. Dia menggeluti hidroponik
sejak 2015 dan terbiasa menggunakan hidroton sebagai media tanam. Alasannya
selain cantik secara estetika terlebih jika menggunakan pot tembus pandang,
hidroton juga lebih mudah menyerap nutrisi.
Baca juga: Putri Salju, Tanaman Hias yang Membawa Suasana Musim Dingin
Danar menerangkan, penggunaan media tanam hidroton memiliki keunggulan
dibandingkan tanah. Yang utama, dengan menggunakan hidroton, tanaman bisa
langsung menyerap nutrisi yang diberikan. Biasanya, dia menggunakan nutrisi
ABMix sebagai pupuknya. ’’Kalau di tanah, butuh proses untuk diurai dulu, nggak
langsung terserap. Kalau ini langsung,’’ ujarnya. Hal itu membuat tanaman relatif
lebih sehat.
Hidroton, lanjut Danar, juga bisa digunakan dalam waktu yang lama. Danar
mencontohkan sejumlah tanaman sayur dan buah koleksinya. Dia bisa
menggunakan hidroton hingga berkali-kali panen. Setiap selesai panen, hidroton
cukup dicuci ulang.
’’Paling makin lama terkikis karena dicuci atau terkena air. Itu juga jangka waktu
lama,’’ terangnya.
Hidroton bisa digunakan sebagai media tanam hidroponik karena sejatinya terbuat
dari bahan dasar lempung. Hanya, kemudian dipanaskan dengan berbagai bentuk
variasi bulatan.
Untuk perawatannya, Danar menyebut relatif sama dengan tanaman pada
umumnya. Yakni, membutuhkan sirkulasi udara dan cahaya. Yang membedakan,
hidroton perlu perhatian ekstra pada sirkulasi air. Sebab, perlahan air akan
menguap.
Untuk hal itu, Danar menyarankan penggunaan sistem irigasi otomatis. Dengan
begitu, pemilik bisa mengatur penambahan air setiap saat. ’’Kalau sistem pakai
timer misal 1 jam sekali air menetes,’’ kata lulusan teknik lingkungan tersebut.
Selain itu, pemenuhan nutrisi tanaman perlu dijaga. Sebab, berbeda dengan tanah,
hidroton tidak mengandung unsur hara. ’’Ia nol, nggak ada apa pun. Kalau dikasih
air tok, ya tanaman akan mati kurang gizi,’’ kata dia.
Danar menyebutkan, secara teori semua tanaman bisa menggunakan hidroton.
’’Hanya, karena relatif mahal, medium ini lebih cocok untuk tanaman berukuran
kecil. Untuk buah juga bisa. Tomat, cabai, juga melon,’’ katanya.
Jika digunakan untuk menanam tanaman keras dan tahunan seperti pohon mangga,
pemilik akan ’’tekor’’ karena butuh hidroton dalam jumlah banyak. ’’Kadang orang
kan berhitung, sesuai enggak modal dengan hasil yang didapat,’’ tandasnya.
Lantas, apa kekurangannya? Danar menyebut, kekurangan hidroton mungkin ada
pada modal pengadaan.
Dibandingkan media tanah atau sekam, hidroton relatif mahal. ’’Contoh tanaman
hias aglonema. Paling satu pot ukuran 20 cm bisa butuh 2 liter. Dua liter harga Rp
35 ribu. Kalau sekam, sekarung Rp 20 ribu,’’ terangnya. Meski demikian, itu harga
yang relatif masih bisa dijangkau. Terlebih bisa digunakan berulang. (*)
Reporter: JPGroup