Sabtu, 23 November 2024

Ciri-ciri Gangguan ADHD pada Anak

Berita Terkait

batampos- Dilansir dari AshefaNews , Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan mental yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk memusatkan perhatian pada suatu hal, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Gangguan mental ini seringkali terjadi pada anak-anak dan bertahan hingga beranjak dewasa.

Lalu, apa itu yang dimaksud ADHD dan apa saja ciri-cirinya? Yuk simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan perkembangan saraf yang berpengaruh pada motorik seseorang yang dapat menyebabkan seseorang menjadi cenderung hiperaktif, impulsif dan sulit dalam memusatkan perhatian.

Pada umumnya, seseorang yang menderita ADHD bersikap nakal atau sering mengganggu teman, guru dan proses belajar-mengajar. Sedangkan, di lingkungan rumah mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak pantas dan tidak bertanggung jawab.

Adapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita ADHD dengan adanya gangguan dalam belajar yang dapat mengganggu prestasi akademik, meningkatnya risiko kecelakan yang lebih besar, memiliki kepercayaan diri yang rendah, sulit berinteraksi, sehingga rentan untuk mengkonsumsi narkoba atau minuman beralkohol.

Selain itu, gangguan ADHD dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, antara lain:
●Dominan inatentif, yaitu penderita ADHD pada kelompok ini akan kesulitan untuk fokus dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal.

●Dominan hiperaktif-impulsif,yaitu penderita ADHD pada kelompok ini akan bertindak hiperaktif dan impulsif, yang dimana akan bertindak akan suatu hal tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.

●Kombinasi inatentif dan hiperaktif-impulsif, yaitu pada kelompok ini merupakan gabungan dari kelompok ADHD lainnya.

BACA JUGA: Anak Mulai Kasar dan Agresif, Ini Tips bagi Ortu

Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa penelitian menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena ADHD. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ADHD pada seseorang,antara lain:
●Faktor genetik
●Faktor lingkungan
●Cedera otak
●Kelahiran prematur
●Berat badan bayi baru lahir yang rendah
●paparan zat kimia
●kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan pada masa kehamilan
●Kurangnya perhatian orang tua
●Neurologis (otak) yang tidak seimang dalam mempengaruhi area yang mengendalikan pemfokusan, perencanaan, dan pegorganisasian.

Gejala ADHD
Pada umumnya, gejala ADHD meliputi tindakan impulsif, hiperaktif dan sulit untuk fokus. Gejala yang ada pada ADHD ini juga hampir sama dengan gangguan OCD. Selain itu, gejala-gejala ADHD dapat dibedakan berdasarkan kelompoknya, sebagai berikut:

1.Dominan Inatentif
Pada kelompok ini ada beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita, sebagai berikut:
●Kesulitan dalam memperhatikan suatu hal yang detail, seperti tidak dapat fokus dalam belajar di sekolah maupun mengerjakan tugas
●Kesulitan untuk fokus dalam percakapan dan membaca tulisan yang panjang
●Mudah terganggu saat sedang mendengarkan seseorang berbicara.
●Mudah lupa
●Sering melakukan kecerobohan
●Tidak mengikuti instruksi

2.Dominan Hiperaktif-Impulsif
Gejala yang terjadi pada kelompok ADHD dominan hiperaktif-impulsif, antara lain:
●Mudah gelisah.
●Sulit untuk duduk diam dalam waktu yang lama.
●Berlarian di tempat dan kondisi yang tidak seharusnya
●Terlalu banyak berbicara dan seringkali menginterupsi atau memotong pembicaraan seseorang.
●Kesulitan untuk sabar dalam menunggu seperti sedan mengantri.
●Mudah merasa bosan.
●Mudah merasa marah.
●Sering bertindak tanpa berpikir panjang
●Tidak bisa bermain atau bekerja dengan tenang

3.Kombinasi Inatentif dan Hiperaktif-Impulsif
Pada gejala ini terdapat kombinasi antara gejala dari inatentif dan hiperaktif-impulsif, yang dimana penderita akan kesulitan dalam berfokus dan akan bertindak hiperaktif dan impulsif.

Adapun, gejala-gejala yang timbul berdasarkan perkembangan usia pada anak. Gejala ini dapat bervariasi dari yang ringan hingga yang berat. Berikut ini beberapa gejala yang timbul, sebagai berikut:

Gejala pada anak seusia bayi:
●Sensitif terhadap suara dan cahaya
●Sering menangis
●Suka menjerit
●Kesulitan tidur
●Sulit mengkonsumsi ASI
●Tidak senang bila digendong

Gejala pada anak yang lebih besar:
●Selalu bergerak dan aktif
●Mudah merasa bosan
●Tampak canggung
●Sering mengalami kecelakaan, seperti terjatuh atau terbentur
●Lebih cerewet dibandingkan anak lainnya
●Kurang konsentrasi.
●Mudah marah dan tidak dapat mengendalikan diri
●Nafsu makan buruk
●Koordinasi mata dan tangan tidak baik
●Suka menyakiti diri sendiri
●Mengalami gangguan tidur
●berbohong, mencuri dan suka mengambil risiko tinggi
●Kurangnya kemampuan dalam berorganisasi dan menyelesaikan masalah
●Tidak dapat mengendalikan emosional atau suasana hati yang berubah-ubah

Diagnosis ADHD
Diagnosis ADHD biasa dilakukan oleh dokter dengan melalui beberapa tahap. Berikut ini tahapan dari diagnosis ADHD, antara lain:

●Wawancara medis
Dokter akan mencari tahu riwayat penyakit, masalah psikologis, serta kegiatan dan catatan sekolah penderita ADHD. Wawancara ini dapat dilakukan pada penderita maupun orang-orang di sekitarnya.

●Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan penderita secara menyeluruh.

●Tes kuesioner
Pada tahap ini, penderita mengerjakan beberapa pertanyaan dan gambar psikologis.

Pencegahan dan Penanganan ADHD
Pada umumnya, tidak ada pencegahan yang spesifik terhadap penyakit ADHD. Namun, ada risiko gangguan yang dapat di minimalisirkan untuk terjadinya ADHD pada anak. Untuk ibu hamil disarankan untuk tidak merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, serta jauhkan anak dari asap rokok atau paparan zat beracun yang bisa membahayakan kesehatan anak.

Adapun penanganan ADHD yang dapat dilakukan untuk membantu penderita ADHD agar dapat menyesuaikan kondisi dirinya dengan rutinitas sehari-harinya.

Berikut ini langkah-langkah penanganan untuk penderita ADHD, antara lain:
●Memberikan obat penenang yang diresepkan oleh dokter. Cara ini dilakukan untuk membantu penderita ADHD agar dapat mengurangi perilaku hiperaktif dan impulsif.

●Melakukan terapi CBT (cognitive behavioural therapy), yaitu sebuah psikoterapi untuk membantu penderita ADHD agar dapat mengubah perilaku dan pola pikir menjadi lebih positif saat menghadapi masalah pada kehidupannya.

●Menerapkan metode pengasuhan yang tepat untuk penderita ADHD pada anak. Salah satunya seperti, orang tua yang membuat jadwal rutinitas dan memberikan arahan yang jelas pada anak. Serta, orang tua dapat memberikan contoh untuk berperilaku tenang.

●Memberikan makanan yang tinggi akan nutrisi.

●Mengajak anak untuk berkomunikasi dan bercerita setiap harinya

●Menjauhkan anak dari benda-benda tajam yang mudah pecah atau yang dapat membahayakan diri anak.

●Mengajak atau melakukan olahraga ringan secara rutin serta rajin untuk mengonsumsi air mineral.

●Melakukan konseling psikologis untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri

Selain untuk penderita, sebaiknya orang tua dan keluarga juga menjalankan beberapa terapi supaya dapat beradaptasi dan menerima gejala dari penderita ADHD. Berikut ini beberapa terapi yang dapat dilakukan,antara lain:

●Melakukan terapi perilaku, terapi ini bertujuan untuk orang tua atau pengasuh dapat membuat strategi untuk menolong penderita dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau mengatasi keadaan yang sulit

●Melakukan pelatihan, pelatihan ini bertujuan untuk memahami perilaku penderita dan memberikan bimbingan kepada orang tua atau pengasuh untuk menjalani hidup bersama penderita ADHD.

Bila ada seseorang atau anak yang memiliki gejala penyakit ADHD, sebaiknya segera datangi dokter atau psikiater maupun psikolog, agar segera mendapatkan penanganan sejak dini. Editor Galih Ega Farrasetia. (*)

Baca Juga

Update