Kamis, 17 April 2025

9 ‘Bohong Putih’ yang Sering Diucapkan untuk Menjaga Hubungan Sosial

Berita Terkait

Ilustrasi kebohongan putih untuk menyenangkan orang lain tidak benar karena membohongi diri sendiri. (freepik)

batampos – Menjaga hubungan sosial tetap nyaman kadang-kadang membuat seseorang harus melakukan kebohongan-kebohongan khubungan sosialecil. Misalnya mengatakan ”Aku baik-baik saja” padahal realitanya tidak.

Pernyataan ini biasanya otomatis keluar. Bukan lantaran ini berbohong tapi hanya upaya membuat situasi nyaman.

Dalam psikologi hal ini disebut “bohong putih” yaitu kebohongan kecil yang tujuannya bukan menipu, melainkan menyamarkan perasaan atau keadaan sebenarnya.

Baca juga: Sukses Gelar Honda AT Family Day di Batam

Meskipun terlihat sepele, kebohongan-kebohongan ini bisa berdampak lebih besar dari yang kita kira. Yang perlu diingat, terlalu sering menggunakan ‘bohong putih’ bisa merusak kepercayaan dalam hubungan.

Beberapa ‘bohong putih’ yang paling sering diucapkan, serta alasan di baliknya, dikutip dari Geediting, Kamis (13/3) yang harus Anda ketahui.

1. “Aku baik-baik saja” padahal tidak

Ini adalah kebohongan putih paling umum di dunia.

Saat seseorang bertanya, “Apa kabar?” kebanyakan orang menjawab, “Baik,” meski dalam hati sedang hancur atau stres.

Kadang, kita melakukannya karena tidak ingin membebani orang lain, atau karena tahu bahwa pertanyaan itu hanyalah basa-basi. Namun, terlalu sering berpura-pura bisa membuat merasa kesepian.

Jika berbicara dengan seseorang yang kamu percayai, cobalah lebih terbuka: “Sebenarnya, aku sedang sedikit stres, tapi aku mengatasinya.” Dengan begitu, orang lain tahu kamu butuh dukungan.

2. “Aku hampir sampai” padahal belum berangkat

Siapa yang pernah mengirim pesan ini saat masih memakai baju tidur?

Kita sering mengatakan ini agar tidak terlihat buruk saat terlambat. Ada dorongan untuk membuat orang lain merasa lebih tenang, meskipun pada akhirnya mereka tetap menunggu.

Baca juga: Admin Buka Suara Soal Komen Kasar Bupati Pekalongan Fadia Arafiq Viral di Medsos

Tapi jika terlalu sering dilakukan, orang lain bisa kehilangan kepercayaan. Cobalah lebih jujur: “Aku telat 20 menit, maaf ya!” Ini lebih baik daripada membuat orang lain menunggu tanpa kepastian.

3. “Aku suka!” saat sebenarnya tidak

Kita sering memuji sesuatu hanya untuk menyenangkan orang lain.

Misalnya, teman baru saja memotong rambut atau memasak sesuatu untukmu. Daripada jujur, kita sering berkata, “Wah, bagus banget!” agar mereka tidak kecewa.

Namun, jika kebohongan ini terlalu sering diucapkan, bisa jadi bumerang. Temanmu mungkin terus membuat masakan yang sebenarnya tidak kamu suka.

Cara lebih baik? Beri pujian yang tetap sopan tetapi jujur, seperti, “Wah, kamu berani coba gaya baru!” atau “Aku suka usahamu dalam membuat ini.”

4. “Ayo tetap berhubungan” padahal tidak niat

Kalimat ini sering diucapkan saat perpisahan, misalnya setelah reuni atau pertemuan lama.

Sebenarnya, niatnya baik—ingin membuat suasana perpisahan lebih nyaman. Tapi kalau tidak benar-benar ingin menjaga komunikasi, ini bisa memberi harapan palsu.

Daripada berkata, “Kita harus sering ketemu!” tanpa niat sungguhan, lebih baik katakan, “Senang bertemu denganmu! Jaga diri, ya.” Ini lebih jujur dan tidak membuat orang lain menunggu sesuatu yang tidak akan terjadi.

5. “Maaf, aku sibuk” padahal hanya lupa membalas

Berapa kali kita mengatakan ini saat sebenarnya hanya lupa membalas pesan?

Terkadang, kita memang sibuk. Tapi sering kali, alasan utamanya adalah kita melihat pesan itu, lalu menundanya sampai lupa.

Lebih baik berkata jujur: “Maaf, aku baru lihat pesanmu.” Atau jika memang sibuk, cukup katakan, “Aku belum sempat balas, tapi aku lihat pesanmu!” Ini menjaga kepercayaan tanpa membuat alasan yang dibuat-buat.

6. “Aku tidak ada pertanyaan” padahal bingung

Dalam pertemuan kerja atau kelas, saat ditanya, “Ada pertanyaan?” banyak orang memilih diam meski sebenarnya belum paham.

Alasannya? Takut terlihat bodoh atau dianggap memperlambat pembicaraan.

Padahal, menurut penelitian, orang yang aktif bertanya justru dianggap lebih cerdas dan berani. Jadi, daripada diam saja, coba katakan, “Aku masih sedikit bingung dengan bagian ini, bisa dijelaskan lagi?” Ini bisa menghindari kesalahan di kemudian hari.

7. “Aku tidak marah” padahal kesal

Ketika sedang kecewa atau kesal, kita sering menutupi perasaan dengan berkata, “Aku baik-baik saja.”

Menghindari konfrontasi memang terasa lebih mudah. Tapi jika terus-menerus menahan emosi, bisa meledak di kemudian hari.

Cobalah katakan, “Aku merasa kurang nyaman, tapi butuh waktu untuk memprosesnya.” Ini memberi ruang untuk dirimu sendiri tanpa menutup kemungkinan diskusi yang sehat.

8. “Maaf, aku tidak lihat pesanmu” padahal sengaja diabaikan

Terkadang, kita tidak ingin membalas pesan seseorang. Tapi saat akhirnya ditanya, kita buru-buru mencari alasan seperti, “Oh, aku nggak lihat pesanmu.”

Baca juga: Manfaat Air Cucian Beras Untuk Kesehatan Kulit Wajah

Padahal, sering kali kita memang sengaja mengabaikannya.

Daripada mencari alasan, lebih baik jujur namun tetap sopan: “Aku butuh waktu sendiri tadi, jadi baru balas sekarang.” Ini lebih baik daripada memberi alasan yang tidak perlu.

9. “Itu menarik!” padahal sebenarnya membosankan

Dalam percakapan, sering kali kita berkata, “Wah, menarik!” hanya untuk menjaga kesopanan, meskipun sebenarnya kita tidak terlalu peduli.

Tidak ada salahnya bersikap ramah, tapi jika terlalu sering dilakukan, bisa membuat kita tampak tidak tulus.

Alternatifnya? Coba tanggapi dengan, “Senang mendengar kamu sangat menikmati itu” atau “Aku senang kamu punya hobi yang menyenangkan.” Ini tetap ramah tanpa perlu berpura-pura tertarik. (*)

Sumber: Jpgroup

Baca Juga

Update